15-Where?

25 10 10
                                    

Starlight membaca satu persatu isi mantra, tanpa membaca judulnya.
Setelah membaca mantra ke 34, tiba tiba ....

Sriiisss ....

Cahaya keluar dari bingkai yang masih ditinggalkan Starlight di dalam gudang kapal.

Starlight merasakan cahaya itu dari gudang kapal, dan membuatnya menoleh menghadap gudang kapal itu. Dan yang benar saja, Starlight mendapati cahaya yang bersinar di tengah kegelapan.

"Apa itu?" gumam Starlight penasaran.

Starlight merasa penasaran dengan bingkai itu. Starlight pun berjalan mendekati bingkai yang berada di gudang kapal.

Tak beberapa lama setelah Starlight melangkahkan kakinya, cahaya dari bingkai lenyap. Starlight pun berbalik dan kembali mengingat mantra yang tadi dia baca. Starlight pun membaca mantra itu lagi.

Sinar kembali muncul dari balik bingkai. Starlight berjalan mendekati bingkai dengan tetap membaca mantranya.

Starlight mendapati gambar satu rumah yang gak asing bagi dirinya.

"Sepertinya aku pernah melihat nya,"
kata Starlight.

"Tapi dimana?" gumam Starlight.

Starlight terus berpikir. "Dimana, ya?"

Starlight menatap tajam gambar yang ada di bingkai. "Dimana aku pernah melihatnya?"

Starlight terus berpikir dan terus berpikir. Dari tadi, Starlight berjalan ke kanan ke kiri, ke kanan ke kiri, dan seterusnya. Namun, akhirnya, kini ia berhenti dari jalan anehnya dan menatap serius gambar yang ada di bingkai tadi.

"Aduh ...! Aku benar-benar tidak ingat!" seru Starlight kepada dirinya sendiri.

Lama-lama Starlight merasa kesal pada dirinya sendiri. Kenapa aku tak bisa mengingatnya? pikirnya.

Akhirnya, Starlight lelah untuk berpikir, walaupun dia benar-benar belum menyerah untuk memikirkannya lagi.

Starlight berbaring di kasurnya yang empuk. Starlight berusaha menenangkan pikirannya.

"Aku belum menyerah ...!" seru Starlight. "Andai saja aku bisa mengingatnya ...."

Starlight terdiam. Ia ingin beristirahat sejenak tanpa memikirkan apapun. Tapi tetap saja! Starlight tidak bisa melupakan rasa penasaran yang menghantuinya.

Starlight menutupi wajahnya dengan bantalnya. Hening. Nyaman. Itu yang dirasakan olehnya. Starlight mulai bisa tenang.

Sampai Starlight menemukan dirinya berada di sebuah rumah yang dianggapnya tak asing. Rumah itu sama persis seperti apa yang dilihat Starlight pada bingkai aneh tadi.

Grudak!

Starlight membuka matanya lebar-lebar. Ia mendapati kegelapan. Starlight menarik benda yang menutupi wajahnya. Ya, bantal!

Tadi itu, hanyalah sebuah mimpi. Seharusnya Starlight tidak terbangun agar bisa mengetahui tentang tempat itu. Tapi ....

Tadi itu ... bunyi apa, ya? pikir Starlight. Ah, tak usah dipikirkan!

Starlight Greamas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang