18-Battle Power

27 11 0
                                    

"Apa maksudmu, Budak Myce?" tanya Panglima West dengan santai.

Budak?! Starlight sangat risih mendengar kata "budak", apalagi kata itu ditambahkan sebelum nama ayah dan ibunya disebut. Namun, Starlight tahu cara yang tepat untuk menghemat waktu.

"Ouh, tentu saja tidak .... Myce adalah poni yang baik. Mana mungkin aku menyakitinya," jawan Panglima West.

Bagaimana Starlight bisa percaya? Ayahnya, Roland, bukankah ia juga poni yang baik?

"Oh iya, sebelum aku menjawabnya, sudah 1 tahun 1 bulan kau tidak mengunjungi kerajaan ini, bukan?" tanya Panglima West kepada Starlight.

Starlight tidak ingat betul kapan terkahir ia datang ke kerajaan ini. Namun, baginya, jawaban iya atau tidak dalam pertanyaan ini tidak terlalu penting.

"Iya," jawab Starlight singkat. Hal ini dilakukannya karena ia ingin segera tahu jawaban dari Panglima West.

"1 tahun setelah kau pulang, Myce, dia hamil anak yang kedua," lanjut Panglima West.

"Adikku?" gumam Starlight.

Panglima West mengangguk, "Ya! Dan saat insiden itu, tentu saja kandungan Myce sudah 11 bulan."

Starlight mengangguk lagi.

"Dan perlu kau ketahui, Starlight!
Sebenarnya, sudah lama aku mencintai Myce , tapi Roland selalu saja menghalangiku."

Starlight terbelalak kaget. Bagaimana lagi? Itu sangat tidak bisa diduga!

"Saat aku masuk ke kamar Myce, aku mendapati Myce yang sedang kesakitan," jelas Panglima West.

"Ibu Myce segera melahirkan?" tebak Starlight mempersingkat waktu penjelasan.

"Singkat cerita, Raja Stras mengetahuinya, dan Raja Stras marah karena telah lahir anak dari poni yang telah dia rebut singgasananya. Lalu, Raja Stras memberi pilihan untuk Roland dan Myce. Pilihan pertama, anak mereka dibuang, akan tetapi, Raja Stras akan memberikan pelayanan yang baik bagi Roland dan Myce," jelas Panglima West.

"Lalu, apa pilihan keduanya?" tanya Starlight.

"Pilihan keduanya, bayi poni itu tetap mereka asuh, tetapi mereka berdua akan menjadi budak bagi Raja Stras," lanjut sekaligus jawab Panglima West.

"Lalu, pilihan mana yang mereka pilih?" tanya Starlight.

Kali ini, Starlight tidak ingin menghemat waktu. Entah mengapa Walaupun ia yakin bahwa Roland dan Myce akan memilih pilihan kedua, namun ia tetap bertanya.

"Tentu saja mereka tidak ingin kehilangan pewarisnya, dan mereka memilih untuk menjadi budak," jawab Panglima West.

"Baiklah, cerita ini sudah selesai. Sekarang berikan kembali kantung berisi koin perak itu!" perintah Starlight.

Starlight baru ingat. Kalau koin emas yang ada di kantongnya tadi adalah koin emas milik Profesor Riveraice. Starlight pernah diberi koin emas itu sebagai hadiah karena telah bisa menghafalkan mantra dengan jangka waktu yang pendek.

"Eits ... tidak bisa!" seru Panglima West.

"Kau sudah mendapatkan jawabannya, kau sudah tau secara jelas mengenai kisahnya, kau ingin melanggar?" tanya Panglima West dengan nada tinggi.

"Kalau begitu, beri aku seperempatnya saja!" seru Starlight.

"Tidak bisa!" bentak Panglima West.

"Kurasa kamu butuh bayaran lagi," ujar Starlight sambil melirik tanduknya.

"Em ... eits ...! Kamu ... em ... t-tidak boleh melakukan nya ...!" kata Panglima West gugup.

Starlight tak menghiraukan Panglima West. Starlight membacakan sebuah mantra, dan tanduknya mulai menyala, cahaya berwarna merah ke merah muda-an yang warnanya sama seperti rambutnya menyelimuti tanduknya itu.

Tanduk Starlight mulai mengeluarkan element berbentuk cahaya.

Element itu tidak berhasil mengenai Panglima West sebagai targetnya.

"Aku adalah panglima, tak semudah itu untuk mengalahkanku," kata Panglima West disertai dengan senyuman liciknya.

"Kau panglima, dan aku putri!" tambah Starlight sambil menghentakkan kakinya ke lantai, lalu dilanjutkan dengan element yang keluar dari tanduknya.

Panglima West terus lolos dari serangan Starlight. Tapi pada akhirnya, Panglima West merasa geram, sehingga ia juga ikut mengeluarkan elementnya.

Tapi, element itu tidak pernah mengenai Starlight. Karena terus berbenturan dengan element Starlight.

Dan pada akhirnya, element yang berbenturan terus bersinar, dan terus keluar dari masing masing sumber, menambah power disetiap element yang dikeluarkan.

Element Panglima West nyaris mengenai Starlight, akan tetapi, Starlight menambah kecepatan keluarnya element yang dikeluarkannya.

Dan mereka seri.

Energi Starlight benar-benar sudah terkuras akibat mengekuarkan element dengan debit yang sangat tinggi.

Tidak demikian dengan Panglima West. Panglima West sudah terbiasa dengan hal ini.

Dan karena Starlight telah kehabisan tenaga elementnya, Starlight terjatuh.
Untung saja, Starlight terjatuh, atau kalau tidak, Starlight akan terkena element jahat dari Panglima West.

Di saat yang bersamaan saat Starlight jatuh, Panglima West memang sudah megeluarkan elementnya lagi.

Panglima West tertawa dengan licik.
"Menyerahlah, Starlight!" seru Panglima West.

Panglima West berjalan pelan mendekati Starlight yang terbaring lemah di lantai. Panglima West terus berjalan.

Dan pada akhirnya, jarak antara Panglima West dengan Starlight hanya berjarak 10 cm saja.

"Hahaha!" seru Panglima West dengan licik.

Starlight merasa gegabah, dia sudah tidak berdaya. Badannya sangat lemah. Kepalanya terasa terus berputar. Ia benar-benar sudah tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan.

Tidak, Starlight bukanlah poni yang lemah, bukanlah poni yang mudah kalah, bukanlah poni yang mudah kehabisan tenaga, bukanlah poni yang hanya bisa bergantung pada orang lain, bukalah poni yang mudah menyerah, dan bukanlah poni yang bodoh. Aku harus memikirkan satu cara, pikir Starlight dalam hatinya.

Tiba-tiba, muncul dalam pikiran Starlight, sebuah ide yang sangat sederhana, namun penuh perjuangan tinggi.

Panglima West mengeluarkan element dari tanduknya, berwarna merah api. Dengan cepat, Starlight menendang dada Panglima West dengan sangat keras.

Panglima West terlontar jauh dan menabrak cermin bersih yang akhirnya pecah.

Panglima West berusaha berdiri, punggungnya dipenuhi dengan darah yang keluar dari tiap luka di punggung nya.

Tapi walau begitu, Panglima West tetap bisa dan berhasil untuk berdiri.

Panglima West merasakan sakit di punggung nya. Dengan menahan rasa sakit yang baginya adalah hal kecil, Panglima West berjalan pelan menuju Starlight, wajahnya tampak seperti orang yang menyerah dan sedang meminta ampun.

Starlight tersenyum melihat nya, tersenyum senang.

~~~~~TBC~~~~~

Maaf kalo belakangan ini jarang publish. Jadwal minggu ini emang zouper padet. Banyak event :( Doain biar Miki bisa menangin event nya, ya! :) Biar hiatus Miki yang gak diumumin ini bisa bermanfaat :) Kalo menang, Miki janji, ada give away :) Satu-satu lah .... Miki kan juga masi bikin event di chap 19 :) Biar event itu selesai dulu, nah ntar kalo udah, baru give away gratis!!

Oyasuminasai :)

Starlight Greamas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang