5-Rencana Profesor Riveraice

54 13 2
                                    

"Hebat! Dalam sehari kamu bisa menguasai 4 mantra sekaligus!" seru Profesor Riveraice setelah jam sudah menunjukkan pukul 18.00.

"Hehehe! Terimakasih, guru!" sahut Starlight.

"Baiklah, pulanglah! Sudah malam. Ibumu pasti akan mencari mu," seru Profesor Riveraice.

"Em ... sebelumnya ... aku ingin bertanya, berapa lama lagi kita akan menyerang Moontree? Aku sudah sangat geram dengan perilakunya!" tanya Starlight.

"Aku tidak tau, tapi kalau memang kamu bisa menguasai 2 mantra dalam satu hari, maka 1 tahun adalah waktu yang paling cepat untuk menyerang Moontree," jawab Profesor Riveraice.

"Wah, jadi untuk menyerang Moontree saja membutuhkan waktu yang lama untuk menanti waktu yang tepat, ya!" seru Starlight.

"Tentu saja. Lagipula, umurmu memang belum pantas untuk berperang!" seru Profesor Riveraice.

"Baiklah, guru! Tapi kalau Moontree akan mengambil alih kekuasaan Dreacap? Aku sangat mengkhawatirkan hal ini, guru!" kata Starlight kebingungan.

"Tenang, kita akan melakukan beberapa tindakan untuk mencegah hal itu terjadi, Starlight!"

"Datanglah lagi besok pagi, aku akan memberitahukanmu tentang rencanaku itu," seru Profesor Riveraice.

Starlight mengangguk.

"Baiklah, guru! Benar benar hari pertama yang mengesankan!"

"Tidak akan kulupakan hari berharga ini," seru Starlight.

"Benar benar kita telah melewati satu hari yang begitu panjang!" kata Starlight. Profesor Riveraice tersenyum kecil.

"Aku pulang dulu, guru! Sampai jumpa lagi besok!" pamit Starlight.

"Iya, hati hati, Starlight!" seru Profesor Riveraice.

Sesampai nya di rumah ....

"Ayah, ibu! Aku benar benar telah menguasai 2 mantra dalam satu hari," Starlight tersenyum.

Dan ayah dan ibu dari Starlight melontarkan beberapa kalimat pujian pada anaknya, Starlight Greamas ....

Keesokan harinya ....

"Guru, aku datang!" teriak Starlight di depan pintu rumah Profesor Riveraice.

Profesor Riveraice pun berjalan menuju pintu rumah nya dan membuka nya.

"Masuklah, Starlight!" perintah Profesor Riveraice.

Setelah duduk di sekitar meja biasanya ....

"Jadi ... apa rencanamu, guru?" tanya Starlight.

"Jadi, aku dan kamu akan membuat sebuah alat ajaib yang bisa mengalirkan mantra ke tempat yang jauh dari sini," jawab Profesor Riveraice.

"Hah?! Tapi ... bagaimana cara membuat nya guru?" tanya Starlight lagi.

"Jadi ... ada sebuah benda yang terkubur di dalam tanah kerajaan Bansera, kerajaan yang ada di dekat kota ini,"

"Benda itu bisa menghubungkan kedua kabel emas magis yang akan tertempel pada benda yang terbuat dari kayu," jelas Profesor Riveraice.

"Lalu?" tanya Starlight kebingungan.

"Kita akan buat bingkai besar berbentuk persegi yang terbuat dari kayu."

"Dan itu berguna sebagai alat transportasi mantra" jawab Profesor Riveraice.

"Wah, itu mudah sekali!" seru Starlight.

"Tidak semudah itu, Starlight!" sahut Profesor Riveraice.

"Bingkai itu bisa membunuh kita sewaktu waktu. Dan, untuk mendapatkan benda di bawah tanah itu ... juga sangat sulit, Starlight!"

"Lagipula, kalau kita ingin menghubungkan kedua mantra di tempat yang jauh, kita perlu datang ke tempat yang akan kita gabungkan!" tambah Profesor Riveraice.

"Tapi ... bagaimana bisa bingkai kayu bisa membuat kita terbunuh, guru?" tanya Starlight.

"Jadi, ada aliran listrik yang dibawa oleh ke dua kabel emas magis. Dan kedua kabel itu sama sama memiliki tegangan yang tinggi"

"Tapi jangan takut, Starlight! Kalau listrik itu bisa kita taklukan, maka listrik itu tidak akan pernah bisa membuat kita terbunuh," jelas Profesor Riveraice.

"Bagaimana kita bisa menaklukkan listrik bertegangan tinggi itu guru?" tanya Starlight lagi.

"Kita tidak bisa gunakan mantra untuk menaklukkannya. Tapi kita harus patahkan bagian berwarna merah yang ada di dalam kabel tanpa menggunakan pelindung apapun" jawab Profesor Riveraice.

"Apa?! Itu sangat berbahaya sekali, guru!" seru Starlight.

"Memang begitu! Lagipula, kalau kita salurkan mantra dari sini menuju Dreacap kepada Moontree dan pengikutnya, berkemungkinan besar 99,8% akan terkena pada rakyat Dreacap yang tidak bersalah," sahut Profesor Riveraice.


"Wah ... kalau begitu, itu bukan cara yang baik, guru!" seru Starlight.

"Tenang, Starlight! Semuanya pasti ada solusi nya,"

"Aku akan buat dinding transparan yang akan mengikuti kemanapun Moontree pergi, dengan begitu, mantra itu hanya akan mengenai Moontree," jelas Profesor Riveraice.

"Wah, itu ide bagus, guru!" seru Starlight.

"Tapi ingat, kita hanya bisa mengalirkan mantra kecil kesana," kata Profesor Riveraice.

"Baik,  guru!  Aku akan selalu mengingatnya!"

"Kalau begitu, kapan kita akan mulai mencari benda yang terkubur di dalam tanah itu?" tanya Starlight kepada gurunya, Profesor Riveraice.

"Bagaimana kalau satu minggu lagi?" tanya Profesor Riveraice.

"Hm ... itu, terlalu mendadak, guru!  Tapi ...," jawab Starlight. Suaranya pelan, Starlight bingung ingin menjawabnya dengan iya atau tidak, "aku akan tanya orangtuaku dulu, ya!"

Profesor Riveraice tersenyum.

"Kalau begitu, kita akan lanjut belajar mantra ke 3 sampai 4"

"Kamu siap?" tanya Profesor Riveraice.

"Tentu, guru!" sahut Starlight.

Hari pun semakin sore, matahari pun tenggelam dari arah barat. Starlight pun pulang ke rumahnya.

Sesampainya dirumah...

Starlight menceritakan semuanya. Orangtua Starlight sedikit kebingungan dengan apa yang di jelaskan Starlight tentang benda magis yang akan dia cari. Sebelum Starlight selesai berbicara ...

"Sudahlah, Starlight! Kami tidak tau apa yang kamu maksud, sekarang ... apa kamu ada yang ingin di tanyakan?" tanya Ayah Starlight. Ia menatap mata putrinya, merasakan sesuatu. "Ayah lihat dari matamu, kamu ingin menanyakan sesuatu. Iya, kan?"

"Oh .... Eum .... Iya, memang benar.  Jadi," Starlight takut menanyakan tentang petualangannya bersama gurunya minggu depan, "jadi ... apa ayah dan ibu mengijinkanku berpetualang mencari benda itu, minggu depan ?" tanya Starlight.

"Apa?!" teriak Ayah dan ibu Starlight.

"Em ... iya .... Memang mendadak, tapi ...," Starlight belum selesai berbicara, namun ibunya menyela.

"Lakukan apapun yang kamu anggap benar, sayang!"

"Iya, kami selalu mendukung keputusan baik yang kamu ambil," sahut Ayah pelan.

"Terima kasih banyak, ayah, ibu! Aku sayang kalian semua!" teriak Starlight terhura. Eh,  maksudnya terharu :")

































Maaf, telat update, dan cerita nya pendek! Aku dari tadi pagi ikut TO, pulang langsung kerja kelompok sampe jam 6. Terus besok ujian! Jadi hari ini super super repot!

Bersyukur, soalnya, niatku gak bakal bikin / update cerita dulu hari ini, walaupun pendek, sih! Tapi bersyukur lah ... itu bukan keputusan yang bulat ...

Hehehe...

Starlight Greamas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang