8-Monster

43 15 3
                                    

"Starlight, Profesor Riveraice! Kita sudah sampai di pulau," teriak Kapten Vhan.

Duar!

Hujan kerikil es disertai angin kencang dan petir yang siap merenggut nyawa siapapun tetap ada di situ. Hujan dan angin itu tak pernah berhenti.

Starlight, Profesor Riveraice, dan Kapten Vhan merasa menggigil. Mereka tak mengenakan pelindung apapun sekarang. Daya mereka juga terlalu lemah untuk mengeluarkan mantra.

"Kita akan turun sekarang?" tanya Starlight.

"Tentu saja!" seru Profesor Riveraice.

Starlight, Profesor Riveraice, dan Kapten Vhan pun turun ke pulau meninggalkan kapal layarnya.

"Starlight, atau Profesor Riveraice! Tolong berikan mantra segel untuk kapal ini! Karena jangkar saja tidak cukup untuk menahan kapal besar ini di tengah situasi seperti ini!" teriak Kapten Vhan.

Duar!!

"Baiklah!" seru Starlight dan Profesor Riveraice serempak.

Starlight dan Profesor Riveraice segera membaca mantra segel untuk menyegel kapal layar mereka. Sebelum mantra mereka sampai di kapal...

"Roar!!!"

Monster yang besar nya 100 kali lipat dari Starlight keluar dari bawah air dan muncul ke atas permukaan air. Tubuhnya berwarna hijau lumut. Monster itu memiliki 3 mata yang membentuk segitiga. Kakinya yang masih berada di bawah air tidak bisa terlihat. Jari-jari tangannya membentuk mangkok, namun tidak sempurna. "Roar!!"

Duarr!!

"G ... guru! A ... ada apa ... ini?" tanya Starlight. Kalimatnya terdengar terputus-putus karena rasa dingin yang menusuknya.

Starlight pun mengeluarkan sebuah mantra yang bisa menembakkan batu panas ke arah monster itu. Namun nihil!  Tentu saja Starlight kesulitan mengeluarkan mantra. Cuacanya terlalu ekstrem. Lagipula, bola api tentu saja akan bertarung dengan suhu disana dulu, sebelum bisa terlempar dan mengenai tubuh monster.

Duar!!!

Starlight pun mencoba mengeluarkan mantra yang lain.  Kali ini,  Starlight mengeluarkan mantra yang bisa menembakkan anak panah yang sangat lancip.

"Apa?! Tidak mempan?!" gumam Starlight.

"Starlight, itu adalah monster yang sangat sulit di kalahkan, dia memiliki kulit yang tebal dan keras, jangan coba coba membuat dia marah," kata Profesor Riveraice. Perkataannya dihentikan oleh suara petir yang menyambar. Suaranya tak seperti suara Starlight yang terputus-putus. Namun suaranya terdengar surau, entah mengapa.

Duar!!

"Atau kamu akan merasakan akibatnya!" lanjut Profesor Riveraice sambil melihat ke arah monster besar itu.

"Roar!!"

Monster itu tampak marah. Monster itu menatap Starlight dengan serius. Menunggu kekuatannya terkumpul. Lalu maju dengan langkahan yang tampak berat.

"Roar!!"

"Ba ... bagaimana ini?" tanya Starlight kebingungan.

"A ... apa yang harus k ... kita lakukan?" tanya Starlight lagi. Starlight benar benar kebingungan.

Monster itu pun membuka tangannya. Mengarahkannya ke arah Starlight.

"A ... apa yang terjadi?!" gumam Starlight sambil menembakkan laser dengan mantra yang sudah di ajarkan Profesor Riveraice.

Duar!!

"Tidak mempan!" seru Starlight.

Tiba tiba, Monster itu menggenggam Starlight dan mengangkat Starlight ke depan matanya.

Starlight Greamas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang