Tap...Tap...
Tap...
Suara sepatu, sepatuku kulit lembu...
*ralat
Suara sepatu Darell bergema di dek kapal tempat penyimpanan anggur. Louisa segera saja bersiaga. Dia menegakkan tubuhnya. Beruntung kapal yang dia pijak sekarang adalah kapal super mewah yang sedang bersandar di dermaga Napoli, yang tidak terpengaruh oleh gelombang kecil air laut. Kapal itu stabil bagai Louisa berpijak di lantai rumah, hingga dia tak merasakan limbung karena guncangan. Tapi...tetap saja Louisa merasa limbung. Tentu saja karena sebab yang lain.
"Kau baik-baik saja Lou?" Dan Darell reflek menangkap tubuh Louisa dengan memeluk pinggangnya, membuat Louisa tegak dan terpaku tanpa sanggup menoleh pada Darell. Hembusan napas Darell menerpa tengkuk Louisa, menimbulkan sensasi meremang yang menyebar ke sekujur tubuh Louisa. Tangan Darell yang panas menembus t-shirt yang dipakai Louisa. Dan tangan itu--yang seharusnya Louisa tepis sesuai dengan apa kata otaknya-- meluncur dengan sangat mudah dan perlahan meniti tepian celana pendek Louisa dan mencapai pahanya. Tangan itu sedikit kasar dan Louisa seharusnya menepisnya, namun lagi-lagi tubuhnya mengkhianati Louisa. Tubuhnya memanas dan mendamba, meleleh di dalam menciptakan sensasi basah yang segera saja dilaknatnya.
Louisa melirik Darell dan mata gelap pria itu tak pernah meninggalkannya barang sejenak. Louisa yakin. Mata itu mengedip sekali, dua, kali, tiga kali dengan gerakan konstan yang membuat bulu mata panjang pria itu membentur pipinya yang sedikit terangkat ke atas karena sebuah sungging senyuman tipis.
Oh iblis paling tampan di seantero planet ini...
Dia bergerak lebih dekat. Tubuh mereka tak lagi berjarak hingga Louisa yakin dia bisa merasakan sesuatu yang sungguh membuatnya malu, tapi rasa malu itu tertutup rasa mendamba yang tak tahu malu. Tangan Darell bergerak ke atas. Menyingkap t-shirt Louisa ke atas hingga di atas pinggang dan Louisa mengeluarkan erangan yang tak sanggup dia tahan lagi. Erangan yang aneh saat iblis itu memepetnya dan Louisa dapat merasakan sesuatu yang mendesak dari balik kain tipis sialan bernama celana panjang yang Darell kenakan.
Louisa menahan napasnya.
Ooh...ini sungguh tak bisa didiamkan.
Iblis itu dan aura kemenangannya.
Louisa meletakkan botol anggur yang sedari tadi digenggamnya erat. Dia berbalik ke arah Darell. Manatap wajah pria itu lengkap dengan matanya yang mengerjap.
Ooh...sungguh keindahan dunia nomor satu...
Louisa menarik dasi sewarna laut terdalam yang dipakai Darell dan meraup bibir tebal milik Darell. Bibir Louisa mencium, bergerak menuntut, dan berakhir dengan menggigit keras hingga Darell harus menarik lebih dekat tubuh Louisa ke arahnya.
Gesekan itu. Sempurna. Menyentuh begitu keras perut Louisa yang setengah terbuka. Darell menggeram penuh kemarahan. Tangannya bergerak perlahan mengusap dan memijit pinggang Louisa. Louisa menahan dirinya agar tak memejamkan matanya. Dia harus melawan dan tidak terhanyut. Perlahan dan pasti. Louisa mendorong tubuh Darell menjauh dari dirinya. Dengan tangan gemetar, Louisa membenahi bajunya dan berbalik mengambil catatannya.
"Kabarku baik-baik saja, Darell. Huum...aku akan mengganti seluruh kesalahan pengiriman ini segera. Terhitung satu jam dari sekarang. Aku permisi."
Louisa melangkah melewati Darell. Gesekan tangan mereka terjadi dan Darell merasakan sesuatu yang salah sudah terjadi. Seharusnya tidak seperti ini. Seharusnya semua ini berakhir tidak seperti ini. Seharusnya...
Darell berbalik dan manatap Louisa yang menaiki tangga. Meninggalkannya dalam keadaan bergairah. Darell melangkah namun berhenti setelah mencapai tangga. Dia menatap dirinya sendiri. Dia tidak mungkin keluar dan mengejar Louisa dalam keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )
Romansa"Louisa Devonshire alergi dengan sperma-mu Darell..."