Part 8 Mengunjungi Dokter

28K 2.4K 98
                                    

Perempuan mana di dunia, yang sedang dalam suasana hati jatuh cinta, tidak bergetar saat seseorang yang dicintai memberkati dirinya dengan tatapan memuja tanpa kata? Setangguh apapun perempuan itu, siapapun akan berani bertaruh dengan seluruh harta yang dimiliki, bahwa perempuan itu pasti meleleh. Dengan caranya masing-masing.

Louisa.

Tersipu dan membuang pandangannya ke arah sisi kiri koridor ruang tunggu rumah sakit. Keadaan yang mengharuskan dia duduk terpisah dari Darell yang duduk di depannya, berbatas lantai 6 kotak keramik. Tersisa dua bangku kosong yang berjauhan saat mereka tiba di ruang tunggu rumah sakit tepat di depan ruangan Dokter Randall Eugine. Dan mereka terpaksa duduk berjauhan. Dengan Darell yang tak melepaskan sedikitpun pandangannya dari Louisa. Matanya jelas berbicara, ditingkahi senyum yang muncul di sudut bibirnya. Sedikit saja tertarik ke atas tapi sanggup mencapai matanya yang seakan tersenyum. Sejenak tadi, Louisa berpikir, apakah yang sedang Darell pikirkan saat ini? Apakah yang ada di pikirannya saat menatapnya seperti itu? Bolehkah Louisa mengartikan bahwa pria itu sungguh memujanya? Atau...apakah Darell memperturutkan sisi hewaninya? Memikirkan sex yang hebat saat menatapnya? Bukankah seperti itu otak seorang pria sehari-hari? Nyaris 100% berisi pikiran mesum?

Louisa menatap Darell lagi. Dan ternyata pria itu masih setia menekuri dirinya. Kilat matanya membuat Louisa menghela napas perlahan. Darell bergerak membungkukkan badannya dan menumpu dua siku tangan di pahanya. Kedua telapak tangannya menangkup. Dan pandangannya tetap pada Louisa. Louisa berpikir...betapa Darell memujanya. Dan bolehkah dia bahagia?

Louisa tersenyum tipis. Sudah saatnya memberi Darell sedikit saja pembalasan. Sudah lebih dari lima belas menit dia sanggup membuat Louisa salah tingkah. Sekarang...

Louisa mengangkat kakinya. Perlahan dia menyilang kan kakinya dan menghela napas perlahan. Dia menatap Darell yang sedikit saja terusik. Pria itu menggeleng. Wajahnya menyiratkan rasa tak terima yang sangat. Bagaimana tidak? Posisi duduk Louisa sangatlah tidak berkenan di hatinya. Dengan duduk seperti sekarang ini, Louisa mengekspos paha mulus dan kaki jenjangnya yang tak tercela hingga orang-orang menatapnya. Darell melirik seorang pria muda berkaca mata--yang duduk di sampingnya-- terang-terangan tersenyum ke arah Louisa. Dan seorang pria muda lain dengan jaket kulit yang duduk di samping Louisa bahkan mengusap dagu dan melirik ke arah paha Louisa.

Darell mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dengan samar dan dia nyaris menggeram saat mengetahui kenyataan bahwa beberapa pasang mata tengah mencuri pandang ke arah Louisa. Ingin rasanya Darell mengarungi gadis itu agar tidak terlihat lagi. Terpikir oleh Darell akan selimut rumah sakit dan bagaimana cara mendapatkannya.

Dan seketika Darell merasa konyol saat Louisa kembali pada posisi semula. Duduk dengan benar dengan tas selempang nya yang lumayan besar menutupi pahanya. Dalam beberapa kesempatan, Darell akan sangat menyukai rok pendek dengan renda hitam yang dipakai Louisa. Tapi tidak sekarang ini, saat semua pasang mata pria mesum sampai yang alim sekalipun, yang sekarang tengah mengantri bersama dengan mereka, memberi tatapan yang pasti dengan pikiran yang seragam di otak mereka. Mesum!

Darell menghela napas panjang. Tanpa melepaskan pandangannya pada Louisa, karena memang kenyataannya dia tidak sanggup berpaling sedikitpun dari wanita itu, Darell berpikir bahwa Louisa memiliki kecantikan istimewa yang sanggup membuat seseorang berhenti hanya untuk sekedar menatapnya. Kecantikan yang nyaris dimiliki oleh seluruh wanita dari keluarga Leandro. Kecantikan khas yang berbalut dengan kebaikan dan juga sifat menguasai. Kenapa Darell sampai berpikir begitu? Semua karena kenyataannya, semua pria yang bersanding dengan wanita Leandro adalah pria tangguh yang akan menjadi pria penurut saat berada di rumah. Darell berkaca pada Mateo, adiknya. Bagaimana dia begitu keras mengelola seluruh usaha keluarga Inzaghi agar terus bertahan dan berkembang. Dia seperti singa di kancah bisnis kuliner Italia, tapi dia akan berubah menjadi santo penurut saat berada di dekat Isabela. Bertekuk lutut tanpa membantah sedikitpun. Apalagi ketika Isabela mulai berteriak, merajuk, dan pada akhirnya menangis. Mateo akan dengan telaten membujuknya hingga Isabela luluh.

HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang