Louisa menarik tirai menutup tubuhnya yang berdiri tegak di sisi jendela yang terbuka. Dia mengamati kejauhan. Tepatnya di halaman belakang kediaman Lady Sylvia Devonshire, Neneknya, yang terletak di pinggiran London bagian barat."Apa yang dilakukan Darell dengan Nenek?"
Louisa kembali mengintip. Dua orang di kejauhan itu terlihat menikmati teh pagi hari mereka dengan terus bercengkrama. Dari gesture tubuh Darell yang setengah merunduk, Darell terlihat sedang mendengarkan Lady Sylvia bercerita tentang sesuatu hal. Louisa mengusap dadanya. Darell adalah pendengar yang baik. Dan Darell memang seperti itu. Tak pernah sekalipun selama mereka dekat, Darell tak menatap Louisa saat berbicara. Darell tak pernah sekalipun mengalihkan pandangannya saat berbicara dengannya. Darell selalu berbicara dengan menatapnya lembut, dan mengusap punggung tangannya sama lembut.
Louisa berbalik dan menyandarkan tubuhnya pada dinding. Tanpa sadar tangannya meremas tirai jendela. Darell akhirnya sampai ke London. Dan Louisa tak perlu menelpon Isabela dan bertanya. Dia tahu, Isabela tidak akan pernah tega membiarkan Darell menderita. Dan ketika Darell mulai menangis putus asa, Louisa tahu Isabela akan segera terbujuk. Dan Darell ada di sini.
Apakah dia menderita? Seperti dirinya?
Louisa kembali mengintip. Darell masih di sana. Setia mendengarkan Neneknya bercerita. Bahkan terlihat Darell tersenyum, dan tawa yang tak terlihat sungkan. Sekarang bahkan Darell tengah mengusap punggung tangan Neneknya lembut.
Louisa menghela napasnya. Darell memang mempesona. Di balik sikap garangnya di dunia bisnis yang di gelutinya, dia adalah pria yang hangat dan penurut. Louisa tertawa pelan saat mengingat betapa banyaknya Darell mengatakan Ya Lou...Baiklah Lou...saat bersamanya. Bahkan Darell akan berkata seperti itu walaupun kenyataannya, Louisa yakin, Darell tidak terlalu berkenan.
Ooh...seandainya bisa hidup bersama pria itu selamanya...pasti Louisa akan menjadi salah satu wanita paling bahagia di dunia. Tapi, hidup bersama dengan pria itu adalah sebuah ketidak adilan untuk Darell. Darell tidak akan bisa bahagia. Dia akan selalu merasakan kekurangan. Kekurangan hal yang sangat penting.
Louisa kembali menghela napasnya perlahan. Dan Darell sekarang berada dimana dia ada. Untuk apa? Bukankah semuanya sudah jelas? Semua sudah berakhir karena pengobatan itu tak membuahkan hasil apapun. Mereka, bukankah sekarang mereka hanya harus membenahi hati? Mencoba menghalau rasa yang pernah ada lalu membiarkannya pergi perlahan? Atau...menyentaknya kuat agar pergi dengan cepat?
Louisa berbalik lagi demi menenangkan debar jantungnya yang bertalu. Dia menghela napas berulangkali. Berdeham tanpa sebuah alasan. Apa saja agar jantungnya kembali terasa sehat.
Louisa berbalik dan mengintip lagi. Tapi yang dia lihat adalah Darell yang menuntun Neneknya memasuki mobil keluarga Devonshire! Lalu mobil itu melaju perlahan keluar lewat gerbang samping. Meninggalkan Darell yang memasukkan tangannya ke dalam saku. Louisa berjenggit saat Darell melangkah panjang-panjang masuk ke dalam kediaman Devonshire.
Louisa menepuk dadanya keras. Apa yang akan Darell lakukan? Apakah dia...
Terlambat.
Louisa menatap panik pintu kamarnya yang terdorong perlahan. Louisa menarik pelapis tirai dan membungkus tubuhnya. Dia menarik kakinya lebih mundur lagi agar lebih tertutup...
Konyol!
Mana bisa seperti itu? Darell nyaris tertawa saat melihat kelakuan Louisa yang membungkus dirinya dengan pelapis tirai tipis yang bahkan memperlihatkan dengan jelas Louisa yang menunduk.
Darell berdiri enam langkah dari Louisa tanpa berniat melakukan apapun atau berbicara apapun. Dia menunduk. Menatap ujung kaki Louisa yang bercat kuku hijau tua. Dan dengan segera karena tahu diawasi, kaki itu beringsut lebih mundur lagi. Darell terus mengawasi. Dia tidak berniat sedikitpun berbicara atau mendekat. Dia menikmati momen canggung yang pasti menyulitkan Louisa kali ini. Darell berpikir sedikit menghukum karena Louisa kabur begitu saja, bukan sebuah masalah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )
Romance"Louisa Devonshire alergi dengan sperma-mu Darell..."