Louisa menunduk. Memang begitu setiap kali Ibunya mulai mengeluarkan taringnya. Ibunya terlihat tidak begitu berkenan dengan kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Dan sekarang? Louisa hanya sanggup mendengarkan Ibunya mengomel--dengan gaya khas wanita Leandro yang meledak naik turun--di depannya sejak...kurang lebih tigapuluh delapan menit lalu. Louisa berulangkali melirik jam di pergelangan tangannya melewati sudut mata hingga matanya terasa pegal.
Ceramah dimulai ketika Ibunya menjewer telinga Louisa dan mengatakan betapa Ibunya merasa...dia seperti tiba-tiba saja jatuh ke lubang gelap? Tentang, bagaimana dia begitu susah payah mendapatkan Louisa sebagai anaknya? Pada bagian itu, Ibunya bahkan menghabiskan lebih dari duapuluhmenit untuk menghayati semua masa lalunya saat mengandung Louisa.
"Bisa-bisanya kau jatuh cinta pada pria itu! Pria..."
"Darell, Mom..."
Celina mencebik.
"Aku lebih rela kau menikahi tukang ledeng yang sering datang ke rumah kita daripada kau menikahi pria itu."
"Darell. Namanya Darell, Mother..." Louisa selalu memanggil Ibunya seperti itu ketika dia mulai merasakan kesal menjangkiti hatinya. Apa ada yang salah dengan Darell?
"Ya, Darell! Baiklah. Darell namanya. Oh...Lou. Dia itu yang sudah membuat keluarga kita kebingungan karena dia membawa Isabela pergi dulu. Kenapa kau harus menjatuhkan pandanganmu padanya?..."
Suara Ibunya timbul tenggelam setelah itu. Pada bagian di mana Ibunya mengatakan kenapa Louisa harus menjatuhkan pandangannya pada Darell. Pada bagian itu bayangan Darell kuat membayang di pelupuk mata Louisa. Ooh...dia merindukan pria lembut itu. Louisa bahkan belum melihatnya sejak dua hari lalu karena Ibunya mengatakan bahwa mereka perlu bicara hanya dengan keluarga. Dia merindukan pria itu hingga tersiksa. Dia rindu dipeluk oleh Darell dan membaui aromanya yang memabukkan. Dia ingin bercinta hingga mereka terkapar kelelahan...
"Lou! Apa sebentar lagi kau akan meneteskan air liurmu karena Mom yakin kau sedang membayangkan bercinta dengan pria itu?!"
Louisa mendongak. Mulutnya menganga dan dia mengangguk tanpa sadar. Celina mencebik dan kembali menjewer Louisa hingga Louisa mengaduh.
"Oh...Lou. Aku tidak tahu bagaimana jalan pikiranmu. Kita akan sangat kesulitan membawa pria itu masuk ke dalam keluarga kita. Kita akan kesulitan meyakinkan semua. Darell sudah membuat setitik noda yang membekas pada keluarga kita Lou. Bagaimana..."
"Aku mencintainya, Mom. Aku sangat mencintainya. Aku yakin padanya. Aku mempercayainya. Aku tahu Darell sangat tahu apa yang harus dia lakukan."
"Dia tidak terlihat sehebat itu." Celina kembali mencebik kesal.
"Dia tampan, Mom."
Dan Darell hebat di ranjang!
Louisa urung mengatakan hal itu atau Ibunya akan membunuhnya sekarang juga. Akhirnya Louisa hanya tersenyum simpul.
"Tampan saja tidak cukup. Ayahmu juga tampan..."
"Darell baik hati. Dia seperti...pangeran berhati putih yang keluar dari dalam kegelapan. Bukankah itu hebat Mom? Pria baik yang hidup di antara orang-orang yang tidak baik? Hidupnya...sudah ditempa sedemikian rupa."
"Oh...kau membuat Mom mual. Mom tidak seperti itu saat jatuh cinta pada Ayahmu."
"Jaman sudah berubah, Mother."
Celina mengangkat tangannya pasrah. Dia nyaris menangis. Banyak hal yang dia pikirkan. Bagaimanapun, banyak yang harus dia bicarakan dengan keluarga besar Leandro sebelum benar-benar melepaskan Louisa menikahi pria...yang bagi Celina, sedikit menyimpan kegelapan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )
Romance"Louisa Devonshire alergi dengan sperma-mu Darell..."