Part 19 Iblis Tampan

21K 2K 80
                                    

"Are you finish yet?"

Louisa terpaku mendengar Darell bertanya sambil meringis menahan sakit. Lalu pria itu terlihat menghela napasnya lelah. Dan Louisa merasa konyol. Dia baru saja mengomel dan Darell hanya menatapnya seolah dia tengah menyaksikan sebuah pertunjukan teater.

Louisa mengalihkan pandangannya pada sosok seorang wanita yang tengah memegang sebuah baskom dan handuk kecil. Wanita itu hendak beranjak dan mengurungkan niatnya saat Louisa kembali berteriak.

"Wait a minutes!"

Wanita itu, menoleh ke arah Darell.

"I can't believe this. You chose her as a wife? Dia berisik sekali."

Dan Louisa nyaris meluap lagi seandainya Darell tidak mengatakan sesuatu yang membuat Louisa merasa dia bagaikan diguyur seember penuh air es.

"Dia Breana, adikku. Dia Bareskovic."

Mata Louisa melebar karena dia benar-benar tidak mengerti apa maksud Darell berkata seperti itu.

"What do you mean? Aku..."

"Terimakasih Bre...istirahatlah. Dan Lou...aku sedang kesakitan. Berhentilah mengomel karena itu membuatku semakin kesakitan." Darell memegang pelipis matanya perlahan. Louisa terhenyak lalu mata dan pikirannya kembali pada pemandangan di hadapannya. Seutuhnya. Dan dia hanya melirik sekilas Breana yang melangkah keluar dari kamar Darell.

"Ooh...kau...kenapa? Siapa yang melakukan ini padamu?" Louisa menghampiri Darell dan duduk di pangkuan Darell karena pria itu mengulurkan tangannya dan menarik Louisa untuk duduk di pangkuannya. Darell terlihat meringis.

"Kau tidak pernah...sekalipun bilang padaku, bahwa pada pria Leandro akan menghajarku tanpa aku sanggup melawan."

"Oooh..." Louisa mengusap dadanya dan menggeleng.

"Selalu seperti itu. Itu...semacam ucapan selamat datang dan...hmm...kau akan mendapatkan sesuai dengan porsi kesalahanmu." Louisa menekan sedikit pelipis mata Darell yang pecah. Para pria di keluarganya jelas menganggap kesalahan Darell sangat besar kalau melihat luka yang Darell derita sekarang ini.

"Lou...sakit!"

"Aku tahu. Maafkan aku."

Darell menggeleng. Dia menatap Louisa yang sekarang nampak khawatir.

"Its okay. Apa kau akan menangis sebentar lagi? Jangan lakukan. Aku baik-baik saja." Darell mengusap pipi Louisa lembut.

"Seharusnya mereka...tidak melakukan ini."

"I deserve this. Tidak masalah kalau memang ini cara keluargamu menyambutku."

"Kenapa tidak menjawab telponku? Aku sangat khawatir."

"Aku tidak ingin kau khawatir."

"Oooh..." Louisa kembali memegang dadanya. Darell benar-benar lembut, tapi Louisa tidak bisa membenarkan tindakan Darell kali ini. Dia berhak tahu apapun yang terjadi pada Darell.

"Mereka, mengatakan apa padamu?"

"Tidak banyak. Mereka...hanya...lebih banyak bertindak. Aku merasa kalau Ayahmu tidak mencegah semuanya pada menit ke sepuluh...aku akan menderita patah tulang di mana-mana."

"Ooh...dear."

Bening luruh dari mata Louisa. Dan itu membuat Darell kembali menggeleng dan mengusap lengan Louisa lembut.

"Jangan menangisi sebuah siklus dan adat yang sudah turun temurun, Lou. Setiap pria di keluargamu, aku yakin selalu menggunakan otaknya saat mereka mengerjakan sesuatu. Jadi, aku berpikir bahwa, sometimes mereka butuh menggunakan ototnya untuk melepaskan beban pikiran mereka. Well, aku akan melakukannya nanti, pada calon menantu kita..."

HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang