"Kalian bisa istirahat hingga dua hari ke depan. Silahkan berbelanja atau jalan-jalan mungkin? Aku merekomendasikan sebuah tempat makan hasil laut di sisi barat pelabuhan."
Louisa membenahi berkas di mejanya. Event akan rehat selama dua hari sebelum akhirnya dimulai lagi hari Senin. Suara berdengung percakapan para karyawannya membuat Louisa tersenyum. Dia selalu menyukai kerja timnya yang solid. Dan Louisa berharap, waktu istirahat dimanfaatkan dengan maksimal oleh karyawannya.
Louisa mendongak saat dengungan suara karyawannya terasa lain. Seperti...mereka tengah membicarakan sesuatu yang istimewa. Sesuatu yang membuat kagum atau semacamnya. Alis Louisa terangkat. Matanya menjelajah celah kerumunan. Dan dia segera menghela napas perlahan saat melihat Darell berjalan ke arahnya dengan gerakan mempesona. Darell memakai setelan kasual. Gerakan tangan membuka kacamata hitamnya, membuat setiap raga yang menatapnya menghela napas tertahan. Pemujaan seketika terlihat di mata para wanita, dan tatapan iri para pria terlihat dari beberapa orang di sudut stand. Louisa menggeleng dan menatap asistennya yang segera saja sigap membubarkan teman-temannya.
"Lou...aku ingin mengajak kau bertemu Ibuku."
Louisa urung memasukkan beberapa map ke dalam tasnya. Dia duduk dan menatap Darell yang sudah menghempaskan bokongnya ke kursi di hadapan Louisa.
"Ibumu?"
"Kau belum bertemu Ibuku. Kau pulang cepat dari gereja karena asistenmu menelpon. Kau lupa?"
Louisa menggeleng dan tangannya kembali sibuk memasukkan map.
"Ada apa? Aku bukan bermaksud tidak sopan, tapi ada sesuatu yang sangat penting yang harus aku kerjakan waktu itu. Hmm...kenapa mendadak kau ingin aku bertemu Ibumu?"
"Aku ingin Ibuku mengenalmu, Lou..."
Louisa terpaku. Gerakan tangannya terhenti dan dia menatap Darell sambil memicing.
"Kita harus bicara serius, Darell." Louisa memanggil asistennya dan memintanya menggantikan dirinya membereskan meja. Louisa berjalan ke arah mobil Darell dan Darell mengikutinya. Mereka berakhir dalam hening dengan Louisa yang mengusap tangannya dengan cairan antiseptik dan menatap bagian dalam mobil Darell. Helaan napas--entah untuk alasan apa yang Darell tidak tahu-- terdengar dari mulut Louisa. Mobil berjalan perlahan menuju tempat yang Louisa sebutkan. Limabelas menit kemudian mobil berhenti di sebuah jalan sunyi. Louisa bergerak melangkah agak mendaki sebuah lembah. Darell mengikutinya setelah meminta supirnya untuk pulang.
Jalanan setapak yang berkelok dengan padang rumput di samping kanan dan kiri. Jalanan yang mendaki pada akhirnya sampai pada sebuah tanah lapang yang luas. Louisa berdiri tegak menatap kejauhan. Garis pantai membentang di teluk Napoli. Kapal-kapal terlihat kecil. Membuang sauh dan membentang layar. Darell menghampiri Louisa. Mereka tak saling bicara hingga menit ke sekian. Sampai angin menerpa rambut Louisa dan rambut itu jatuh mengelus wajah Darell.
"Lou..."
"Kau terlalu mudah jatuh cinta, Darell."
Darell terdiam. Dia belum bisa mencerna apa yang dimaksud oleh Louisa.
"Aku...sedikit mengetahui seperti apa kisahmu di masa lalu. Hanya permukaannya saja. Dan aku yakin, kau belum melupakan kisah tentang Isabela dan...Yelena. It's really strong feeling right? Jadi aku yakin, hatimu tak akan semudah itu tergerak untuk mencintaiku, Darell. Aku...tidak pernah berpikir kau lari karena aku yakin kau seorang pria yang memilih menyelesaikan sebuah permasalahan dibanding harus berlari menghindarinya. Dan...kau harus bertanya sekali lagi pada hatimu."
Terdengar helaan napas Darell. Darell membawa tangannya masuk ke saku celananya. Dia menatap sebuah titik. Kapal mewah miliknya yang tengah bersandar di pelabuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )
Storie d'amore"Louisa Devonshire alergi dengan sperma-mu Darell..."