Louisa membenarkan letak kacamatanya. Dia sedikit mendongak menatap Darell yang baru saja nyaris mencekik salah satu karyawannya karena tidak mengijinkan Darell masuk ke kamar hotelnya. Dan pria itu di sana pada akhirnya. Di hadapan Louisa dan saat Louisa melirik arloji di pergelangan tangannya, Louisa yakin sudah dua puluh menit Darell berbicara tentang beberapa opsi untuk masalah alergi spermanya.
Louisa menghembuskan napasnya.
Entah mengapa dia menikmati Darell yang terlihat kebingungan seperti itu.
"Untuk apa kau membicarakan semua itu Darell? Apa untungnya untukmu?"
Darell berhenti berbicara dan berhenti mondar-mandir. Dia berdiri tegak dan masih terlihat bingung.
"Kau adalah calon Ibu dari anak-anakku, Louisa."
Dan seketika itu juga Louisa merasa dirinya mendengar suara jangkrik di kepalanya. Juga suara selembar crackers tipis digigit oleh seseorang. Terasa garing. Louisa tertawa sumbang.
"Jangan menganggap semuanya enteng Lou."
"Aku baik-baik saja. Dan aku sudah membaca beberapa artikel tentang alergi itu dan semua mengindikasikan bahwa aku akan sulit memiliki anak."
"Lou...aku akan melakukan apapun."
"Lalu apa? Apa karena kita melakukan sex yang hebat dan kau berharap kita akan mengulanginya lagi?"
"Lou...bukan seperti itu."
"Aku tidak melihat ada alasan masuk akal lainnya."
"Karena aku..." Darell menyugar rambutnya keras membuat Louisa menahan napasnya dan berpikir Darell akan melukai kepalanya sendiri.
"Lou...aku perduli denganmu."
Wrong answer...
Louisa membuang pandangannya ke arah jendela. Dia berpikir alasan Darell tak cukup kuat dan keren.
"Pulanglah."
"Lou..."
"Aku menolak membicarakan hal ini denganmu, Darell."
"Lou...lalu kita?"
"Karena tidak ada kita, Darell. Oh kumohon, pulanglah."
Darell termangu sejenak. Lalu dengan bimbang dia melangkah keluar dari kamar Louisa. Pikirannya berkecamuk. Ada apa dengan Louisa? Apakah dia tidak menganggap serius masalahnya? Kalau seperti itu kenyataannya, maka Darell akan seperti membentur sebuah tembok pembatas yang kokoh.
Darell menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah pintu kamar Louisa yang tertutup rapat. Darell menggeleng dan melanjutkan langkahnya.
Sementara itu di dalam kamar hotel. Louisa berdiri di balik jendela dan mengarahkan pandangannya ke bawah. Dia belum menemukan sosok Darell dan mobilnya meninggalkan hotel itu. Louisa berbalik. Matanya mengembang air mata.
"Kau bahkan tidak tahu apa alasanmu menjadi sibuk mengurusiku, Darell. Kau mengatakan segala sesuatu yang terasa penting buatku dengan nada suaramu yang seperti itu?"
Louisa menatap map di atas meja. Sebuah bundel artikel yang dia kumpulkan dari berbagai sumber. Semua sudah dibacanya dan tidak ada yang menyenangkan dari semua itu. Semuanya nampak sulit dan menyulitkan.
Louisa mendesah putus asa.
Sekarang dia merasa hidupnya bagaikan sebuah aib yang terpampang begitu jelas di hadapan Darell dan dokternya. Tak butuh waktu lama ketika semua orang pada akhirnya akan mengetahui semua.
"Aku tidak mau mendapatkan kemudahan dunia kalau pada akhirnya sesuatu yang membuatku tetap berlangsung menjadi begitu sulit. Apakah Devonshire dari garisku akan berakhir padaku saja, Tuhan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )
Romance"Louisa Devonshire alergi dengan sperma-mu Darell..."