Torre del Greco
Rasanya di bagian manapun di Napoli, kita akan menemukan jendela kita menghadap ke arah lautan luas. Pemandangan yang hanya dimiliki ketika kita tinggal di pesisir pantai. Membuat iri mereka yang tinggal di daratan tanpa pantai.
Louisa Devonshire.
Matanya melanglang sejauh dia sanggup memandang. Dia sudah cukup puas mengagumi rumah peristirahatan milik Darell di pinggiran kota Torre del Greco, dan sekarang dia berada di kamarnya. Seorang wanita setengah baya--yang sepertinya sudah disumpah oleh Darell-- baru saja mengantarkannya ke kamar itu. Kamar dengan balkon menghadap ke lautan dengan pemandangan luar biasa.
Kota Torre del Greco sendiri adalah kota yang sangat indah dan sedikit sunyi dekat dengan Gunung volcano yang masih aktif hingga kini yaitu gunung Vesuvius yang letusannya sudah menghancurkan kota Pompeii ber abad lalu. Jadi perpaduan antara angin laut dan gunung menciptakan sensasi tersendiri pada atmospher kota Torre del Greco.
Louisa merentangkan tangannya dan menghirup udara kuat-kuat. Dia ingin melepaskan semua beban yang dia punya di benaknya.
"Aku akan menjagamu."
Louisa sedikit berjenggit lalu tersenyum saat menatap tangan besar Darell merengkuhnya dari belakang.
"Kapan kau datang?"
"Baru saja. Aku sudah menyelesaikan pekerjaanmu. Kau dapat memantaunya dari sini."
"Terimakasih banyak."
"Sama-sama, Sayang."
Louisa tersipu.
"Kau nyaris seperti Dad. Dia sedikit pendiam tapi hangat saat bersama Mom."
"Oh ya? Kurasa aku belum sehebat Tuan Devonshire."
Louisa tertawa. Dalam hal bisnis, mereka berdua bisa dibilang sama mumpuni, jadi di mana letak perbedaannya? Soal ketampanan? Darell tentu saja tampan dengan ciri khasnya sendiri, dan Louisa selalu berpikir betapa beruntungnya Ibunya bisa menikahi sahabatnya yang tampan dan baik hati. Dan betapa dia beruntung pria tampan yang tengah memeluknya ini jatuh cinta begitu cepat padanya.
"Ayahku dengan bangga hati menyebut dirinya tukang foto profesional."
Darell tertawa pelan.
"Aku tahu reputasi hebat Tuan Devonshire di dunia fotografi."
"Heiii...apa kau menyelidiki Ayahku?"
"Kurang lebih." Darell tertawa. "Sangat banyak berita tentang sepak terjang Ayahmu hingga aku tidak perlu bersusah payah mencarinya."
"Aku merindukannya. Juga Mom. Aku terlalu sering berada jauh dari mereka."
"Semua akan membaik Lou. Kita akan kuat menghadapi semua masalah bukan? Kita akan saling menopang."
Louisa mengangguk dan sedikit menoleh ke arah Darell yang melayangkan pandangannya. Sejenak Louisa berpikir, betapa mudah jatuh cinta pada pria nekat satu ini.
Mereka berdiam diri di balkon tanpa berbicara apapun lagi. Hanya gerakan mengeratkan pelukan dan tertawa pelan yang mereka lakukan. Hingga beberapa menit kemudian saat Louisa berbalik dan menatap Darell lembut.
"Aku suka saat kau berkata kasar dan kotor." Louisa mengusap rahang Darell lembut.
"Itu...aku yang sesungguhnya. Iblis yang tiba-tiba saja ingin menjadi malaikat karena bertemu dengan seorang bidadari."
Louisa mengeluarkan bunyi oooh yang panjang lalu tertawa.
"Kita masih bisa bercumbu bukan?" Louisa menghela napas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )
Romance"Louisa Devonshire alergi dengan sperma-mu Darell..."