Part 22 Menelusuri Jejak Adik Laki-laki

19.4K 1.8K 49
                                    

Darell menekuri ponsel Breana sebelum akhirnya dia melempar ponsel itu ke arah Dwyne. Louisa menghela napas. Dia belum mengerti sama sekali bagaimana suasana hati Darell saat ini. Tapi Louisa bisa menebak, mood Darell sangat buruk.

Darell bergerak menjauh ke sudut ruangan.

Menjelang dini hari dan mereka sama sekali belum terlelap. Louisa sudah membawa Breana beristirahat beberapa saat lalu. Louisa menatap Darell yang berbicara dengan serius dengan Dwyne.

Beberapa saat kemudian, Louisa melihat Dwyne melangkah menjauh dari ruang tengah itu dan Darell bergerak menghampirinya.

"Kita akan mulai bergerak, Lou. Dwyne akan mencoba menyelidiki keberadaan Alexei. Dia sudah tiba di London."

Louisa mengangguk-angguk dan mengheka napasnya perlahan. Dia merasa suasana menjadi sedikit mencekam. Bahaya seperti apa yang dibawa oleh Alexei dan orang-orangnya?

"Menurutmu, apakah Breana harus meninggalkan rumah ini?" Darell menatap Louisa dengan tatapan meminta persetujuan. Dan dia melihat Louisa menggeleng.

"Apa maksudmu? Dia aman di sini. Jadi biarkan dia di sini, Darell."

"Aku hanya tidak ingin semua repot."

Louisa terpaku beberapa detik sebelum akhirnya beranjak dan melangkah meninggalkan Darell sambil bergumam.

"Berpikirlah seperti itu dan beberapa orang pria akan menghajar mu...lagi."

Darell yang sudah beranjak dan mengikuti Louisa memicing.

"Apa maksudmu Lou?"

"Tidak ada?"

"Tidak ada?"

"Darell..." Louisa berhenti berjalan. Mereka sekarang berdiri berhadapan di tengah pintu penghubung antara ruang tengah dan perpustakaan keluarga. Louisa mendongak menatap Darell.

"Kau pria dengan kepribadian yang sangat aneh."

"Aku?"

Louisa mengangguk.

"Kenapa?"

"Kau sangat lembut padaku. Tapi kau kaku sekali dengan adikmu. Kau sibuk memikirkan perasaan orang. Kau merasa tidak enak, tapi kau tidak memikirkan dirimu sendiri. Sikapmu yang seperti ini...Darell, kumohon. Keluargaku berkumpul untuk kita. Jadi jangan mengabaikan mereka. Kau bisa melakukan semuanya sendiri. Tapi kau lihat bukan? Semua ingin membantu."

"Aku hanya..."

"Tidak ingin merepotkan."

Darell mengangguk-angguk.

"Biarkan semua bekerja sesuai dengan porsinya."

Louisa melangkah masuk ke dalam perpustakaan. Rasanya dia ingin membaca sedikit lalu terlelap di kursi baca. Dia sama sekali tidak keberatan karena harinya terasa melelahkan. Dia lelah berpikir.

Louisa menjangkau sebuah buku dan duduk diikuti oleh Darell yang terdiam. Louisa menghela napas perlahan. Dia urung membaca buku di pangkuannya. Louisa meletakkan buku itu ke nakas dan meraih tangan Darell.

"Jangan memikirkan sesuatu akan terjadi sesuai dengan apa yang kau angankan. Belum tentu akan terjadi seperti itu. Kita...menghadapi orang yang sama. Ayahmu...melalui tangan lain yaitu adikmu. Tapi belum tentu semua kisah akan berjalan sama seperti yang kau alami bersama dengan Mateo dan Isabela. Kurasa Tuhan tidak akan menciptakan kisah yang sama."

Darell menatap Louisa yang tersenyum simpul.

"Apa maksudmu Lou?"

"Aku tidak bermaksud apapun, Sayang. Hanya saja, Tuhan itu penulis kisah yang maha hebat. Kisah kita tentu saja akan berbeda."

HOLD ME DOWN ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang