| Prolog |
"Oza tungguin gue, ih masa pacar habis jatuh gini suruh jalan sendiri sih?" seru Giga saat sang kekasih justru berjalan santai di depannya, tak mempedulikan dirinya yang tertatih menahan luka di lututnya.
'Sakit hati tingkat tinggi.'
Sang kekasih yang membawa obat-obatan seadanya menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang, "Jangan manja deh! Kamu itu cuma ketubruk dan jatuh, bukan patah tulang! Jangan lebay!"
'Lebay? Ini pacar gue, apa preman pasar sih! Gue dibentak-bentak mulu,' batin Giga, "Kamu sumpahin aku?" ujar Giga dengan ekspresi cemberutnya yang dibuat-buat.
Gadis itu tak menjawab. Ia justru memilih melanjutkan langkahnya menuju taman belakang.
Giga menarik napas panjang. Sikap pacarnya ini sudah seperti cor-coran jalan tol pokoknya. Ia selalu dibuat mengelus dada dan bersabar karena punya pacar cuek, jutek, dan galak kaya tukang palak seperti Oza alias Oryza Sativa, kekasihnya.
Ya, namanya Oryza Sativa.
Padi?
Bukan coy, dia manusia seutuhnya yang namanya terinspirasi dari nama latin salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia itu.
Giga masih berjalan terpincang menuju Oryza yang sudah duduk di bangku taman belakang dan tengah menyiapkan obat-obatan dengan telaten.
"Oza, please bantu aku!" rengek Giga yang berhenti dan menggerak-gerakan tangannya ke depan. Wajar saja jika Giga selalu mencari perhatian yang sengaja dibuat-buat didepan sang kekasih. Pasalnya, boro-boro Giga dimanja dan diperhatikan, diromantisin saja merupakan moment langka. Sepertinya lebih mungkin mengharapkan jika Isyana Sarasvati menjadi kekasihnya. 'Tapi nggak mungkin juga kayaknya deh.'
"Jangan kelamaan, Ga! Sini!" seru Oryza yang langsung membuat Giga memajukan bibirnya merasa jika usahanya hanya berakhir sia-sia.
Jangan pernah berharap Oryza memanggil dengan panggilan sayang dan penuh lemah lembut pada Giga, sampai tepung serbaguna menjadi tepung serbabisa juga tidak akan mungkin.
"Alay lo!"
"Awww! Sakit goblok!" pekik Giga saat Adam --teman sebangkunya-- baru saja melewatinya dan menendang lututnya yang terluka dengan sangat tak berperi kepersahabatan.
Adam tertawa lantang lalu ikut duduk di bangku yang tak jauh dari Oryza.
Giga meringis kesakitan dan memandang Adam dengan tatapan siap memangsa lelaki itu.
Dan detik berikutnya, Daniel --sahabat kampretnya yang lain-- berjalan melewati Giga begitu saja dan duduk dengan santai di sebelah Adam.
"El, kok lo nggak bantuin gue? Main lewat aja lagi!" sentak Giga yang menatap Daniel dengan pandangan tak habis pikir.
"Bukannya gue nggak mau bantu ya Ga. Tapi gue mau lo belajar tentang bagaimana berjalan menjalani kehidupan diatas sebuah luka untuk mencapai tujuan! Ngerti!"
Adam bertepuk tangan heboh seorang diri seperti peserta lomba makan kerupuk tercepat saat acara kemerdekaan di Kelurahannya. Adam sampai menggelengkan kepalanya. Lalu menonjok lengan Daniel hingga Daniel terhuyung kesamping. "Cakep bro! Gue setuju sama lo! Tumben banget otak lo bener."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Giga [Completed]✔
Teen FictionJika biasanya cerita dimulai dengan pertemuan manis memperjuangkan cinta. Maka cerita ini dimulai dari sebuah perpisahan dengan problematika yang ada. Giga Yudhistira Poldi. Hanya lelaki sederhana pencinta kuaci, mandiri, dan cerewetnya bikin pengin...