: 4,9 Giga (Memori Penuh) : Gue Giga

2.1K 168 40
                                    

| Part 48 |

| Gue Giga |

1 tahun lebih 3 bulan kemudian

"Baru pulang kuliah?"

"Iya Om," balas Adam dengan senyum kaku.

"Bima juga?"

Bima mengangguk, merespon lebih cepat daripada cicak yang hendak menangkap seekor nyamuk--

'Hap!'

Tama menjentikan jari di depan wajah Adam. "Jangan melamun."

Adam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ng--nggak kok om."

Tama menatap bungkus martabak telor yang Adam dan Bima bawa ketika menjenguknya di lapas sing ini. "Mungkin Giga sekarang sudah masuk akhir semester dua jika saja Giga ti--,"

"Om," panggil Bima. Membuat pandangan Tama saat ini teralihkan. "Giga pasti akan bangun. Saya yakin."

Adam mengangguk menyetujui.

Tama ikut mengangguk lemas. Penyesalan yang mungkin akan menghantuinya seumur hidup jika sampai Giga tidak terbangun dari koma lamanya. Mengukir penyesalan akan semua yang telah ia lakukan hingga membuat dirinya terpaksa divonis hidup lama di jeruji besi. Tama benar-benar menyesali semuanya.

"Om tidak tahu. Ternyata dulu Giga melihat apa yang saya lakukan kepada Tiara. Dia melihat--" Tama menunduk dan membiarkan air matanya jatuh sebagai bukti penyesalan dan rasa sakit yang selalu meneror hatinya.

"Sudah Om. Jika om hanya membicarakan masa lalu untuk saat ini, saya rasa sampai waktu jenguk saya habis nanti juga gak akan usai," ujar Adam. "Giga tidak pernah membenci om. Dia berniat menjebloskan tante Luna dan mengungkit kasus kematian ibunya, karena dia tidak ingin Om hidup dengan jalan licik dan rencana jahat yang selalu tante Luna pikirkan. Giga ingin membuat Om kembali seperti dulu, tidak berada pada lingkaran setan ibu tirinya."

Tama mengusap air matanya dengan kasar. "Satu bulan setelah saya dimasukan jeruji besi bersama Luna. Sean datang menjenguk kami. Sean datang...," Tama menjeda ucapannya, "...dan langsung bersujud dibawah kaki Luna sambil menangis. Mengatakan rasa kecewanya terhadap apa yang telah Luna lakukan. Luna ikut menangis dan mengatakan 'kenapa Sean tidak membencinya? Dan kenapa Sean tidak marah padanya,' lalu Sean bilang jika Giga dulu pernah mengatakan padanya bahwa seandainya Luna adalah seorang monster dan orang paling jahat didunia ini, Sean harus tetap menghormati dan mencintai ibunya apapun yang terjadi. Sean yang waktu itu tidak tahu apa-apa, masih tidak terlalu memikirkan perkataan yang Giga katakan saat itu." Tama menunduk. Menarik napas panjang semata-mata mengusir rasa sesak di dadanya.

Bima ikut menunduk hingga bahunya menurun setelah menghela napas pendek.

'DRRTTT'

"Bentar om," kata Adam sebelum mengangkat panggilan telphonnya, "Iya Halo."

"..."

Entah apa yang dikatakan si penelpon diujung sana yang membuat Adam menegakan tubuh dan mengerjap panik. "Iya. Iya gue ke sana."

"Kenapa, Dam?" tanya Tama penasaran setelah Adam menutup panggilannya.

"Engg-- temen saya om. Saya permisi dulu ya om. Nanti kita sambung kapan-kapan." Adam mencium punggung tangan Tama. "Ayo Bim!" Lalu menarik tas ransel Bima untuk segera bangkit dari tempat itu

°°°°°

"Cepet ke rumah sakit!"

Gue Giga [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang