: 0,6 Giga : Pemberani

1.4K 234 97
                                    

| Part 6 |

| Pemberani |

21.13 WIB

'TOO TOKKK'

'TOK TOK'

'TOK TOK TOKKKKKK,'

Kakak lelaki semata wayang Oryza yang tidak tahu diri sekaligus tidak tahu waktu itu mengetuk pintu kamar sang adik dengan keras bahkan mungkin dapat menghancurkan pintu kamar sang adik saat itu juga. "Beras? Lo udah tidur belum?"

Ngapain sih tuh bang jasuke. Gerutu Oryza dalam hati. "Udah tidur," sahutnya.

"Okeh. Gue masuk." Zea mendorong kenop pintu dan yups. Kamarnya tidak terkunci. "Sialan emang. Sejak kapan Orang tidur sambil duduk dan ngerjain soal simpangan gelombang?" Zea sudah berdiri di samping Oryza yang tengah duduk di temani buku catatan fisikanya.

"Pergi bang. Jangan ganggu gue. Gue lagi belajar," ujar sang adik tanpa menoleh dan masih sibuk menyelesaikan tugasnya.

"Ya gue tahu lo lagi belajar. Emang gue ngomong lo lagi main futsal?" Zea duduk ditepian meja belajar adiknya. "Masakin nasi goreng dong, Za, gue laper nih."

"Bang! Gue kan lagi kerjain tugas ini. Gue sibuk! Kenapa nggak minta di masakin mbak Lia aja atau beli makanan di warungnya bu wati aja sana kalo nggak pesen go food aja! Sekarang kan jaman apa-apa bisa pakai aplikasi gak usah ribet!" ujar Oryza masih tak menoleh.

"Andai juga nutup mulut lo bisa pake aplikasi. Gue pasti bakal langsung download di playstore."

Oryza tak mendengarkan ocehan kakaknya.

"Hih, buruan berassssss! gue laperrrrrr," Zea mendorong-dorong bahu adiknya.

"Suruh mba lia bang."

Zea mengacak rambut kusutnya. "Mbak Lia lagi pergi sama mamah. Kalo pergi ke warungnya mbak wati meles keluar gue. Nggak mau pesen-pesen ah, lama juga. Penginnya masakan lo yang masih panas. Kan nasi goreng lo terbaik, Za. Makannya bikinin sonoh," rengek Zea dengan nada memelas yang dibuat-buat. Memuji adiknya jika ada maunya.

"Enak? Abang nggak tau aja tiap gue bikin nasi goreng buat abang gue kasih sianida."

"Kalo gitu nanti sianidanya dibanyakin yah,"

Sinting! Oryza memicing menatap kakaknya, "Gue belum selesai kerjain tugas bang." Oryza menatap sang kakak dengan geram.

Zea mengerucutkan bibirnya. "Bentar doang Za, nggak sampe sepuluh menit inih. Lo nggak kasihan apa sama abang. Tugas makalah plus presentasi gue buat besok belum kelar dan gue laper menda-- Wow! Lo beli jaket baru Za. Wih, bagus loh. Abang tau brand ini nih. Lokal pride anjayyyy. Abang mau dong." Zea tiba-tiba menyambar jaket denim di sandaran kursi yang diduduki sang adik.

"Kebetulan jaket denim gue ketinggalan di rumah temen gue di Wonosobo." Tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari sang adik. Zea mengenakan jaket itu seolah-olah itu adalah miliknya. Bergaya ke kanan ke kiri di depan cermin.

"Lepasin bang. Itu bukan punya gue." Oryza menarik jaket denim itu agar sang kakak cepat-cepat melepaskannya.

"Halah. Bilang aja lo nggak mau abang pinjemin. Pelit banget lo jadi adek." Zea menepis tangan adiknya yang masih menarik-narik lengannya. Lalu tiba-tiba ia meletakan telunjuk di bibirnya untuk mengisyaratkan agar adiknya diam.

Gue Giga [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang