| Part 28 |
| Lirikan |
'Za, Lo emang beneran nggak mau jalan sama gue? Atau lo nggak mau buka hati lo buat gue? Atau lo masih mengharapkan giga yang udah nyakitin hati lo! Jelas-jelas dia udah nggak suka sama lo! Sampai melarang lo segala! Dia emang cowo nggak punya hati dan nggak punya perasaan Za!'
Rentetan kalimat yang Bima tulis dalam aplikasi pesan dengan rapi tanpa typo bertebaran dan tanpa singkatan pula yang mungkin memang sudah Bima cek berulang kali ini membuat Sandwich yang hendak masuk di mulut Oryza menggantung di udara. Oryza tahu, pasti Sandra menceritakan kejadian tempo hari saat ia berseteru hebat dengan Giga.
Oryza menghela napas sebelum meletakan ponsel yang ia biarkan menghadap keatas dimeja makan dengan malas.
"Tuh orang ngirim pesan apa buat prolog buat novel si? Panjang amat," sahut Zea yang tahu-tahu berdiri di belakang Oryza lalu menarik kursi di samping sang adik.
Oryza dengan cepat membalikan ponselnya sehingga posisi layarnya tengkurap menghadap meja.
"Dari mantan? Atau gebetan?"
Pertanyaan Zea mampu membuat Oryza menoleh dan memicing pada sang kakak.
"Peace!" Zea menunjukan angka 'v' dengan jari tangan dan telunjuknya, tidak lupa deretan giginya yang ia tunjukan ala iklan pasta gigi di televisi.
"Mamah mana, Pah?" tanya Zea sebelum menguyah sanwich dengan lahap.
"Tadi si keluar tuh, nggak tahu kemana," Andra, sang ayah mengangkat kedua bahunya.
"Pah, nanti sore Zea mau ke Jogja ya."
Andra yang tengah menyesap kopinya mendongak menatap sang putra sulung. "Ke Jogja buat?"
"Ibunya Bagus lagi sakit, ya sekalian main juga si. Nanti nginepnya dirumah bude Fara aja."
Bagus adalah teman yang sudah seperti saudara bagi Zea. Mereka satu kontrakan sejak semester satu, meski beda fakultas dan jurusan. Keduanya dekat karena berkenalan semasa ospek dulu. Teman seperjuangan, kata Zea.
Sedangkan bude Fara adalah istri dari kakak kandung sang ayah. Saudara satu-satunya yang memilih tidak tinggal di ibukota.
Andra mengangguk. "Boleh, sekalian main ke rumah bude kamu juga? Emang kamu libur?"
"Besok seharusnya ada kelas tapi dibatalin Pah. Terus lusa kan juga tanggal merah sebelum minggu," jawab Zea.
Andra manggut-manggut, "Tapi ingat, tetap hati-hati! Kamu sendiri? Atau sama temen?"
"Hmm, sama Oza ya." Zea melirik adiknya dengan lirikan memohon dan secepat kilatan petir, Oryza menatapnya tajam. Sandwich yang tinggal setengah milik Oryza segera masuk kedalam mulutnya. Memberi peringatan pada kakaknya, seolah-olah jika Penolakan sudah Zea terima melalui tatapan mata.
"Nggak mau bang."
Tuh kan! Heran gue, nih anak paling susah diajak jalan-jalan!
"Kamu kan lagi libur juga, Za. Kan nanti kalo abangmu ke rumah Bagus kamu nggak ikut juga nggak papa. Tunggu dirumah bude aja," saran sang ayah.
"Nggak mau Pah." Selalu tanpa alasan. Tapi penolakan Oryza jenis penolakan yang seringkali tak dapat diganggu gugat.
Zea menghela napas, padahal kan niatnya Zea baik. Supaya Oryza nggak kaya gadis yang kuper-kuper amat. "Yaudah iya. Nanti Zea ajak temen aja Pah. Lagian lo aneh Za, gue nggak ajak lo buat ke laut lepas dan mau menenggelamkan lo kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Giga [Completed]✔
Ficção AdolescenteJika biasanya cerita dimulai dengan pertemuan manis memperjuangkan cinta. Maka cerita ini dimulai dari sebuah perpisahan dengan problematika yang ada. Giga Yudhistira Poldi. Hanya lelaki sederhana pencinta kuaci, mandiri, dan cerewetnya bikin pengin...