: 2,9 Giga : Peran

908 89 8
                                    

| Part 29 |

| Peran |

Dari lima puluh dua menit Zea, Giga, Bagus dan Oryza duduk dikeliling ranjang Ayu --ibunda bagus-- , tujuh belas menit perbincangan dikamar itu dikuasai oleh Giga. Lelaki itu nyrocos ini itu dan mengatakan segala kalimat yang bisa dikatakan sekaligus membuat wanita yang menjelang usia setengah abad itu tertawa dan tersenyum lepas.

"Nih minumannya." Bagus menyuguhkan minuman yang ia bawa menuju ruang tamu, dimana sahabatnya, adik sahabatnya dan yang satu ini mantan dari adiknya sahabatnya. Hmm, maksud kan?

"Wah apaan nih, Bang?" tanya si mantan dari adiknya sahabatnya itu, Giga.

Bagus menghela napas. "Ini air comberan, ini air got, ini air selokan, ini air kobokan." Bagus menunjuk satu-persatu dari empat minuman yang ia sediakan.

"Rasanya gimana tuh?" Giga mengangkat dan mengamati air dalam gelas yang disuguhkan di depannya.

"Kok lo tanya si? Kan lo yang biasa minum air gituan Ga?" sahut Zea.

Giga menepuk jidatnya pura-pura lupa. "Oh iya gue lupa."

Zea menggeleng sebelum akhirnya meminum jamu yang disuguhkan padanya seolah-olah ia sudah terbiasa meminumnya. "Ini jamu! lo tau nggak?"

"Tahu lah bang! Seganteng-gantengnya muka gue, gue juga tahu dan doyan minum jamu!"

Zea yang masih meminum setengah isi gelas jamu itu berhenti lalu mempraktikan gerakan muntah yang dibuat-buat. "Ganteng apanya lo! Muka kaya bekas bungkus plastik cireng aja bangga."

Bagus menyahut. "Bilang tuh sama Zea Ga, muka kaya bekas bungkus plastik cireng gini aja adek lo suka."

Oryza yang sedari tadi memainkan ponsel mendongak.

Zea hanya tersenyum dan melanjutkan meminum jamunya.

Sedangkan Giga menatap Bagus dengan peringatan. Namun dari pada meladeni omongan Bagus yang sama sekali tak menguntungkan dan akan menambah kecanggungan ia hanya menyahut dengan candaan. "Tau tuh bang! Muka ganteng gue ini emang mempesona sejagad raya kok! Chelsea Islan aja masih ngejar-ngejar gue!"

"Maling kali lo, dikejar-kejar," tukas Bagus.

Oryza masih kembali memainkan ponselnya.

Zea menyetujui omongan Bagus dengan menertawakannya.

"Den Bagus."

"Iya, saya disini mbak." Giga yang justru menyahut panggilan salah satu asisten rumah tangga yang kini berdiri di samping bagus.

"Lo nggak ada bagus-bagusnya, Ga!" kekeh Zea.

Si asisten rumah tangga itu membisikan sesuatu pada tuan mudanya.

Bagus hanya mengangguk dengan senyuman, lalu dengan sedikit menunduk si asisten rumah tangga itu berlalu pergi ke dapur.

"Ibu gue suruh ajak kalian jalan-jalan ke Malioboro?"

"Lah jauh nggak si bang dari sini, masa jalan sih? Naik mobil aja kenapa?" ucapan Giga mendapat tatapan malas dari Zea dan Bagus. Sedangkan Oryza? Gadis itu masih memainkan ponselnya dengan cuek.

"Ya maksudnya jalan-jalan bukan jalan kaki bego!" Zea menjitak kepala Giga cukup keras.

Giga mengaduh dan mengelus kepalanya.

"Yaudah gue ganti baju dulu ya," Bagus segera beranjak dari duduknya dan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Ganti jati diri sekalian, bang," seru Giga.

Gue Giga [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang