| Part 42 |
| Memaafkan |
Giga tahu ada perasaan aneh dari orang-orang disekelilingnya yang menatapnya begitu Giga keluar dari taman belakang. Giga tak peduli apa yang mereka lihat darinya jika itu masalah rambut dan seragamnya yang berantakan.
Semua pasang mata disepanjang perjalanan menuju kelas seolah mengarah padanya. Menusukan ribuan pandangan aneh yang membuat Giga rasanya ingin berlari menuju kelas.
Dan seakan memperburuk sekaligus memperjelas semuanya saat Giga berada diambang pintu kelasnya. Giga juga mendapat pandangan kurang menyenangkan dari teman-temannya. Giga tahu pasti ada yang salah. Semua mata menatapnya seolah Giga adalah seorang selebriti yang baru saja diringkus polisi karena kedapatan mengonsumsi ganja.
Giga berjalan mendekati Adam yang masih asik dengan ponselnya. Namun saat langkahnya sudah mulai mendekat. Dadanya bagai dihujam benda bermasa ribuan ton hingga dunianya seakan runtuh.
"...kayaknya kalo gue minta lo buat tidur sama gue..." itu suara dari ponsel yang Adam pegang dan lihat saat ini. Dan itu adalah suaranya, suara Giga.
Giga menelan ludahnya kasar. Mencoba senormal mungkin untuk tidak terlalu memikirkan kemungkinan apa yang akan Adam lakukan terhadapnya. Giga mendekati kursinya saat semua mata penghuni di dalam kelas itu masih setia mengintai dirinya.
Giga berjalan mendekati kursinya.
"Ga," suara Adam tampak tenang seperti biasa.
Giga mendongak. Adam menatapnya penuh rasa kecewa sekaligus tidak percaya pada Giga sebelum ia menatap kaku pada seluruh teman-teman kelasnya.
"Sebentar lagi Pak Malik datang," Adam bersuara memecah hening meski banyak bisikan disekitarnya. Menyuruh dengan cara lain agar teman-temannya bersikap sebiasa mungkin. Meski ada makna lain dari ucapannya seperti, bersikap biasa aja, atau gue hancurin kelas ini.
Adam menarik kursi miliknya untuk ia duduki.
Baru pertama kali dalam sejarah persahabatan mereka, Giga merasa kikuk berada didekat Adam. Ini aneh, Adam tidak marah padanya?
"Lo punya hal yang harus lo jelasin ke gue sepulang sekolah!" ujar Adam. Tatapannya masih mengarah pada papan tulis yang meninggalkan jejak tulisan Bu Dian yang belum sempat dibersihkan.
Giga diam. Ia tahu, mungkin Adam akan membantainya lalu membuang mayatnya di TPS yang tak jauh dari belakang sekolah.
"Ga, lo dipanggil Pak Beni di ruang BK. Ada Oryza juga disana!"
Atau, mungkin pak Beni yang lebih dulu membantainya?
°°°°°
"Duduk!" suara tegas milik Pak Beni tak juga membuat Giga takut di bandingkan menatap wajah Oryza yang kini menunduk di sampingnya.
Suara decitan kursi terdengar bergesekan dengan keramik. Membuat suasana kaku diantara ketiganya sukses tercipta diiringi bunyi AC yang tepat berada di sebelah Pak Beni.
"Saya tak akan memperlihatkannya! Tapi bapak cukup yakin kalian tahu video macam apa yang telah menyebar lebih dari 50 grup whats app sekolah kita, pada semua tingkatan, dari kelas 10, 11, 12, grup ekskul, sampe grup gosipnya mbak-mbak kantin!" tegas Pak Ben. Ucapannya bernada tinggi, seperti memberi tahu sekaligus bersiap menyemburkan kalimat penuh kemarahan yang sudah tertahan diujung lidahnya.
"Iya pak!" Hanya suara Giga yang terdengar mengakui.
"Video itu asli? Bukan editan dan bukan projek buat chanel youtube kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Giga [Completed]✔
Novela JuvenilJika biasanya cerita dimulai dengan pertemuan manis memperjuangkan cinta. Maka cerita ini dimulai dari sebuah perpisahan dengan problematika yang ada. Giga Yudhistira Poldi. Hanya lelaki sederhana pencinta kuaci, mandiri, dan cerewetnya bikin pengin...