: 3,6 Giga : Kaca Spion

911 96 31
                                    

| Part 36 |

| Kaca Spion |

Giga membolak-balikan sebuah kertas yang barangkali harganya lebih mahal dari uang jajannya selama satu minggu.

Jennie Alexander.

Nama yang ditulis dalam undangan dengan desain super mewah seperti brosur mahal untuk konser sebuah orkestra berkelas. Maklum saja, undangan ini adalah undangan dari adik kelas yang tergabung dalam ekstrakulikuler seni musik sekaligus anggota OSIS yang super tajir sekaligus anak seorang mentri yang merayakan sweet seventen-nya. Sesuatu yang dinantikan anak seusianya, untuk mengadakan pesta perayaan ulang tahun yang amat berkesan dalam hidup.

Sweet seventeen? Behhh, bahkan ibunya hanya memberi pelukan hangat saat sweet seventeen-nya dulu. Oryza juga dulu hanya memberi nasi goreng dengan bentuk hati yang ia buat sendiri. Sedangkan Adam bahkan baru ingat Giga berulang tahun pada keesokan harinya. Jangan tanyakan Daniel, karena ia justru berdebat dengan Adam tentang tanggal ulang tahun Giga. Tidak ada perayaan setiap kali Giga bertambah usia. Toh Giga tak terlalu peduli. Yang penting ia bersyukur jika Sang Maha Kuasa masih memberi usia kepadanya.

"Ga, kamu dateng?" suara Oryza membuat Giga mendongak pada sang kekasih.

"Aku bakal datang kalo kamu juga pengin, aku bakal datang kalo kamu izinin, aku bakal datang kalo kamu datang, semuanya tergantung kamu." Giga tersenyum diakhir ucapannya, lebar sekali. Hingga Oryza ikut dibuat tersenyum kala itu.

Adam yang baru sampai dan meletakan tas punggung di bangkunya menunjukan gerakan pura-pura muntah, "Ya Allah jauhkan hambamu ini dari pandangan dan kalimat-kalimat alay yang dapat menyesatkan. Aamiin!" Adam mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Heh jomblo! Jaga mulut lo!" seru Giga.

Adam tak mengindahkannya dan memilih duduk bersama Miguel yang asik menyalin tugas Matematika milik Giga.

"Aku dateng kok. Dia cukup banyak bantu aku di OSIS, konstribusinya buat setiap program kerja OSIS juga cukup besar sih," ujar Oryza.

"Baiklah, atas persetujuan dan kehendak tuan puteri maka pangeran siap mendampingi," Giga menunjukan telapak tangannya pada Oryza, sedangkan satu tangannya lagi ia sembunyikan dibelakang, dan terakhir menunduk, seperti seorang pangeran yang meminta sang putri menerima uluran tangannya sebelum turun dari kereta kencana.

Giga yang masih menunduk tersenyum saat tangannya yang terulur digapai Oryza yang--

"Dan ratu siap memenggal kepalamu!"

--yang barangkali salah!

Giga mendongak lalu menunjukan cengiran kudanya saat tangan bu Siska yang justru ia genggam.

Dengan gerakan memaksa, guru Matematika yang satu itu mengangkat tangan yang masih bertautan dengan Giga untuk ditempelkan kepada jidat sang murid, kemudian berlalu menuju meja guru. Giga menggaruk kepalanya saat teman-temannya masih menatapnya dengan tawa tertahan. Termasuk sahabat kampretnya yang duduk disebelahnya.

"Kok lo gak ngomong si Dam kalo ada Bu Siska," bisik Giga sambil mencuri pandang pada Bu Siska yang mulai mengeluarkan laptop dari dalam tasnya.

"Suruh siapa ngatain gue jomblo!" jawab Adam dengan puas sambil menjulurkan lidah.

"Bangke lo!"

°°°°°

Giga : Oryzayang, kita ksna mau naik apa? Taxi online? Aku pesenin sekalian yah😍

Gue Giga [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang