| Part 7 |
| Tidak mudah |
"Oryza?"
Oryza menoleh saat menyadari seseorang menyerukan namanya. "Kenapa, San?"
Sandra masih terengah dan mencoba mengatur napasnya setelah berlari dari ruang OSIS di lantai dua itu.
"Lo nggak nanya kenapa gue lari-lari manggil nama lo dari lantai dua?" ujar Sandra sambil berkacak pinggang.
Oryza mengerutkan kening sebelum berkata. "Kenapa lo lari-lari manggil nama gue dari lantai dua?"
Perkataan Oryza dengan nada datar di tambah raut wajah lempengnya membuat Sandra menatap teman sebangkunya geram. "Ih, tau ah lo, Za. Ngeselin! Tau gini gue nggak jadi kasih nih kresek!"
Oryza segera menyambar kantung kresek di tangan Sandra. Kantong kresek yang sedari tadi pagi ia titipkan di ruang OSIS.
"Apa sih isinya?" Sandra ikut menjulurkan kepalanya untuk mencuri pandang benda di dalam kresek dengan curiga.
Oryza mengamankan dengan mendekap kantong kresek di tangannya. "Jaketnya Giga," jawabnya mengalihkan pandangannya dari Sandra. Sangat jujur memang.
Awan mendung, hujan dan badai hingga topan segera nampak di raut wajah Sandra.
Dan Oryza secepat kilat menangkap perubahan itu. "Bukan apa-apa San. Cuman pas kita piket bareng dan gue sama Giga coba ambil air, kran di depan kelas rusak dan airnya nyembur ke gue sama dia, jadi dia pinjemin jaketnya, terus Giga minta cuciin nih jaket sekalian," jelas Oryza. Ia harus menjelaskannya sejelas mungkin, karena jika tidak maka Oryza akan diinterogasi habis-habisan oleh Sandra. Meski berkata dalam kalimat panjang bukanlah kebiasaan Oryza.
Sandra tampak menimang sesuatu. Haruskah ia marah atau menerima penjelasan sahabatnya itu. "Za. Gue nggak suka ya kalo lo sampe balikan lagi sama tuh bunglon! Jangan sampe lo baper sama perlakuannya! Nggak boleh, dia nggak khawatirin lo Za, dia cuma manfaatin lo buat nyuci jaket ini doang!"
Ya, begitupun yang Oryza terapkan dalam pikirannya. Parahnya, ucapan Sandra barusan justru memperkuat spekulasi yang Oryza buat dalam dirinya.
Oryza mengusap pundak sahabatnya dengan lembut. "Iya gue tahu, biasa aja dong ngomongnya! Nggak usah teriak-teriak!"
Sandra menatap Oryza masih tak terima.
"Niel!" Oryza memanggil Daniel dan membuat Sandra ikut mengarahkan pandangannya pada lelaki yang tengah menenteng buku TTS itu.
Daniel yang baru saja turun dari tangga menoleh.
"San, Lo pulang dulu aja ya." Oryza berlalu meninggalkan Sandra yang memandangnya geram.
"Kenapa, Za? Lo cari-cari gue kare--,"
"Giga mana?" Tanya Oryza begitu to the point pada Daniel.
Daniel mengerucutkan bibirnya, "Njir! Kirain lo cariin gue. Giga masih di ruang musik tuh. Kita baru selesai ekskul."
"Ya udah. Makasih El."
"Sama-sama can--," Baru saja Daniel akan menyelesaikan kalimatnya, Oryza sudah berjalan menaiki anak tangga meninggalkannya.
Double Njir!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Giga [Completed]✔
Teen FictionJika biasanya cerita dimulai dengan pertemuan manis memperjuangkan cinta. Maka cerita ini dimulai dari sebuah perpisahan dengan problematika yang ada. Giga Yudhistira Poldi. Hanya lelaki sederhana pencinta kuaci, mandiri, dan cerewetnya bikin pengin...