|Part 9|
| Di Bangkok Nanti |
Minggu siang menjelang sore sudah dilewati Giga di tempat kerjanya, di rumah makan ayam pakde blangkon, aktivitas barunya semenjak kurang lebih satu minggu ini. Ia membersihkan meja, menyapu, mencuci piring, mengantarkan pesanan, dan melakukan apa yang bisa ia lakukan.
"Hai mantan calon adik ipar gue."
Sapaan seorang membuat Giga yang baru saja meletakan kepalanya pada salah satu meja di sana menegakan tubuhnya lagi.
"Hai bang," sapanya pada Zea.
Zea duduk di meja yang sama dengan Giga. "Lo nggak lagi mikir cara buat kabur dari gue kan?"
"Ya enggak lah bang, emang abang rentenir apa?"
"Ya abisnya dari lo naik kelas 12 dan putus sama adek gue, gue nggak pernah liat lo."
Giga memegangi dadanya dengan gerakan dramatis yang dibuat-buat. "Ya ampun bang, sungguh gue tersentuh sekaligus terharu bagaimana abang memiliki hasrat yang cukup besar untuk ketemu sama gue. Tapi abang ketemu sama gue bukan untuk cekik gue karena gue udah mutusin adik abang yang tiba-tiba itu kan?"
Zea menggeleng. "Gue ini bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan percintaan adik gue Ga. Tapi kalo di tanya kepo si, gue aslinya kepo banget."
"Bagus bang. Tapi kalo kepo, gue saranin, keponya nanti aja ya. Sekarang gue ngantuk banget. Jadi kalau abang kesini cuman mau numpang duduk lebih baik abang kasih gue waktu lim-- enggak cukup tiga menit buat tidur. Belum lagi abang lihat tugas ini?" Giga menunjuk seperangkat alat sekolah seperti, kertas, buku, pensil, bolpoin, dan laptop berserakan dimeja di hadapan mereka. "Besok ada tugas yang harus dikumpulkan bang, dari resume novel, makalah, sampe 10 Soal Kimia, kecuali kalo abang mau bantu gue kerjain tugas. Harusnya sebagai mahasiswa yang pernah SMA tahu rasanya dong bang jadi kaya gue."
Zea mengangguk-angguk. "Okeh, tadinya gue mau pesen makan, tapi juga berhubung temen gue belum dateng, gue kasihan sama muka lo, gue kasih waktu lo tiga menit. Tapi....karena tadi lo udah nyrocos panjang gitu, waktu lo tinggal dua menit. Dimulai dari sekarang."
Giga memutar bola matanya malas. "Serah lo deh bang." lalu menempelkan pipi kirinya pada meja dan terpejam.
Tidur dua menit? Buset, begitu nikmatnya orang tidur dua menit, apalagi saat dua menit awal waktumu tidur ada suara yang mengganggu, rasanya sepatu di kaki ini ingin melayang.
"Ga," panggil Zea saat ia iseng menggeser touchpad pada layar laptop yang terbuka, yang memunculkan lembar kerja microsoft word sekaligus menampilkan cover makalah dimana ada nama Giga dan Adam disana. "Lah ini makalahnya kan berdua , lo sama Adam. Adamnya mana? lo kerjain sendirian?"
Giga menyahut dengan posisi mata terpejam dan wajah yang ia tenggelamkan dalam meja. "Adam pergi nemenin Daniel beli susu hamil buat Ka Amanda. Kalo mereka belinya nggak ke neptunus si seharusnya udah sampe dari tadi."
"Katanya ngantuk, kok tetep jawab si Ga? Udah kalo ngantuk tidur aja, nggak usah dipaksain gitu."
Giga menggeram lalu menggebrak meja di hadapannya. "Ya situ nanya mulu buset kayak wawancata. Nggak jawab nanti salah, di jawab nanti takut salah lagi! Emang ngeselin lu bang!" lalu beranjak dari acara tidur dua menitnya yang terancam gagal itu. Pura-pura marah.
"Lah Ga mau kemana?" Zea terkikik pelan.
"Mau ke neptunus, nyusul Daniel!"
"Serius lo?" Zea menimpali dengan nada bercanda lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Giga [Completed]✔
Teen FictionJika biasanya cerita dimulai dengan pertemuan manis memperjuangkan cinta. Maka cerita ini dimulai dari sebuah perpisahan dengan problematika yang ada. Giga Yudhistira Poldi. Hanya lelaki sederhana pencinta kuaci, mandiri, dan cerewetnya bikin pengin...