: 3,4 Giga : Bolpoin

846 100 12
                                    

| Part 34 |

| Bolpoin |

"Maaf gue telat!"

Geraman jelas dan ketikan keyboard yang ditekan keras itu sudah cukup menunjukan seberapa kesalnya Oryza saat itu.

Oryza tak menoleh dan masih menatap layar laptopnya. "Kan gue udah telfon lo, udah WA puluhan kali supaya lo cepetan ke danau buat nyelesaiin makalah ki--," Oryza menghentikan ucapannya saat ia menoleh dan mendapati Giga yang duduk disampingnya dengan....dengan kacamata hitam? Kenapa nih orang?

"Lo ngapain pake kacamata hitam gitu? Ini malem-malem loh. Ya ampun!" ujarnya menatap Giga aneh.

Giga tersenyum sambil mengedikan bahu. "Biar gue tambah ganteng aja," sahut lelaki itu penuh percaya diri.

Oryza mendekatkan wajahnya menatap Giga dengan alis bertautan.

Giga menautkan alis. "Ke--kenapa lo?" ujarnya, merasa was-was apalagi saat Oryza kini mengulurkan tangannya yang ingin meraih kacamata Giga.

Ga to the wat! Gawat nih! Please! Jangan dibuka! Oryza jelas akan curiga saat melihat mata Giga yang bengkak, memerah dan penuh air mata yang siap tumpah kapan saja.

"Mau ngap--,"

"Gue mau ambil bandrolnya!" jawab Oryza ketika Giga mencekal pergelangan tangannya saat tangan Oryza terulur didepan kacamata Giga.

Giga tersenyum malu sekaligus lega.

Oryza mencabut kasar bandrol kacamata berharga dua puluh ribu itu. Kacamata murah yang Giga beli dipinggir jalan. Itupun Giga hanya membayar lima belas ribu saja. Dengan modal tampang yang bisa membuahkan diskon pada mbak-mbak penjual kaca mata yang genit manja.

"Udah deh! Kita kerjain ini tugas! Besok presentasinya!" Oryza mengalihkan pandangannya pada layar laptopnya lagi.

Dari kacamata hitam yang berpindah haluan menjadi benteng dimana ia bisa melamun tanpa ketahuan. Bayangan mengerikan beberapa menit lalu terekam nyata di kepalanya. Ia menggeleng kasar.

"Lo kenapa geleng-geleng? Lo nggak mau ngerjain nih tugas!" sentakan Oryza mampu membuat Giga kembali pada alam nyata.

"Iya iya mau. Tapi lo bisa nggak beliin gue air dulu! Haus gue!" Giga mengelus leher depannya ala iklan panas dalam.

"Kenapa lo nyuruh-nyuruh gue!" balas Oryza.

"Yakan gue minta tolong Oryzayang!" Giga tahu dia keceplosan. Tapi daripada menarik perkataannya dan membuat suasana diantara mereka tidak nyaman. Giga putuskan untuk menunjukan deretan giginya.

Entah sebutan 'Oryzayang' yang membuat Oryza berdiri, atau karena ia kesal dengan sebutan itu. Gerakan gadis itu yang beranjak dari duduknya, sudah menandakan jika Oryza menuruti permintaan Giga.

"Yang adem ya Za!" teriak Giga saat Oryza sudah berjalan menjauh.

"Iya! Gue ambil langsung dari antartika!" balas Oryza yang juga setengah berteriak.

°°°°°

"Terimakasih!"

Oryza hanya mengulas senyum singkat saat seorang kasir minimarket menundukan kepalanya dan tersenyum ceria pada Oryza.

'DRRTTT'

"Adam?" Oryza menautkan alisnya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Za! Lo sekarang lagi bareng Giga?" suara Adam dengan nada tergesa-gesa, memunculkan tanda tanya dan firasat buruk bagi Oryza.

Gue Giga [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang