: 4,3 Giga : Parkiran Minimarket

844 91 7
                                    

| Part 43 |

| Parkiran Minimarket |

Part ini sedikit panjang gaes, semoga kalian suka ya. Happy reading😍

______________________________________

Satu minggu telah berlalu sejak insiden video itu, dan semua nyaris berubah. Tak ada lagi guyonan di pojok meja kantin, tidak ada lagi ketawa unfaedah dari Giga dan kawanannya diparkiran. Tidak ada tingkah konyol dan usil Giga, semua hilang dan lenyap. Saat ini orang-orang di SMA lebih mengenalnya sebagai Giga si pria brengsek, Giga yang dingin, kaku, jutek dan cuek. Giga sadar ia tak nyaman. Tapi ia harus tetap berpura-pura seperti ini. Sikap Daniel semakin kaku dan kikuk padanya, Giga cukup tahu. Begitupun Adam, sejak malam permintaan maafnya minggu lalu, Giga menceritakan semua, sekaligus tentang kematian ibunya yang sebenarnya direncanakan, tentang ancaman Bima dan ibu tirinya yang merupakan jelmaan iblis itu.
.
.
.
Satu minggu yang lalu

"Makanya gue pesan sama lo Dam. Lo jangan deket-deket gue di sekolah. Anggap lo juga benci sama gue, jangan buat Bima curiga dan buat lo masuk dalam masalah ini, gue gak mau." Giga menatap danau dihadapannya dengan pandangan memohon.

Adam yang duduk disebelah Giga menatap Giga diam, masih tercengang dengan semua yang baru saja Giga ceritakan padanya. Seberat itukah beben hidup Giga? Hidupnya diatur dan diancam dalam genggaman Bima dan wanita jahat yang akan menjadi ibunya. "Okeh. Tapi kalo ada apa-apa, jangan sungkan ngomong ke gue, gue benci lo yang sok kuat kaya gini."

"Kalo gue nggak sok kuat, orang-orang brengsek itu akan tahu kelemahan gue," ujar Giga malam itu, berusaha menguatkan dirinya sendiri.
.
.
.

Dan beginilah sekarang Giga. Seorang dini dan menghabiskan akhir masa SMAnya dengan mengenaskan. Semua orang sungkan padanya, Giga akan pura-pura tak membalas sapaan Pak Seto didepan Pos Satpam, Giga akan berpura-pura marah saat adik kelasnya menyenggol spion vespanya, Giga akan terus diam dan bersikap seolah-olah dia orang paling biadab di sekolah itu. Toh Giga tak mau ambil pusing, ia harus menjalani perannya. Lagi pula, masa SMAnya sebentar lagi berakhir dan ia akan segera terlepas dari masa putih abu-abu yang kelabu baginya, penuh sendiri dan meratapi hidupnya yang berkeliling duri.

Saat ini pun sama, ia berjalan sendiri disepanjang koridor, memasukan tangannya pada kedua sakunya 13 menit setelah bel masuk berbunyi. Lolos dari cekatan pak Seto didepan gerbang bermodalkan tatapan tajam dan dingin yang tak pernah sekalipun ia tunjukan. Giga sengaja berangkat terlambat, bahkan sudah lima kali sejak tujuh hari lalu saat insiden video itu Giga datang terlambat ke kelasnya. Giga hanya tak ingin mendapat tatapan dari orang-orang disekitarnya.

"Maaf pak saya telat," ucap Giga tepat saat membuka ruang pintu musik dan mendapati seluruh teman kelasnya menyoroti dirinya dengan tatapan diam.

"Saya maafkan, tapi kamu maju ke depan sekarang!" Perintah pak Deni tegas.

Giga menurut begitu saja. Tidak ada candaan yang selama ini selalu Giga berikan. Pak Deni berdehem, perubahan Giga dan sikapnya memang mempengaruhi 80% suasana kelas ini.

"Karena kamu telat! Bapak minta kamu nyanyikan satu lagu dengan alat musik gitar akustik itu!" pandangan mata Pak Deni mengarah pada sebuah gitar yang berdiam di sebelah grand piano diruang musik itu

Giga mengambil gitar yang Pak Deni maksud. Lalu menarik bangku disebelah guru musik yang akhir-akhir ini merawat kumisnya.

Gue Giga [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang