| Part 5 |
| Sedikit Saja |
David menggosok-gosok lantai dengan kasar seolah-olah sapu ditangannya itu telah bersalah kepadanya. Tidak, sebenarnya tugas piketnya selepas pulang sekolah ini hanyalah menyapu. Tapi David sudah terlanjur kesal. Bagaimana tidak? Rencana kencan dengan pacarnya terancam gagal karena Samuel, si ketua kelas yang jahat bin jahanam yang sudah mengancam agar siapapun siswa kelas 12 IPA 1 yang tidak melaksanakan tugas piket akan ia adukan pada wali kelas agar mendapat pengurangan nilai. Dan asal kalian tau. Samuel tak pernah main-main dengan perkataannya. Maka atas dasar mempertahankan nilainya yang sebenarnya tidak patut dibanggakan, David memutuskan untuk mengerjakan tugas piket kali ini lebih cepat agar dapat melepas rindu kepada kekasihnya.
Giga yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Pasalnya, belum sampai tiga menit berselang, David sudah hampir menyapu seluruh sudut ruang itu dengan bersih. Bersih sebersih-bersihnya. Giga bahkan yakin jika pak Kiki, selaku pengurus sekolah tidak pernah membersihkan ruang kelas sebersih ini-- sejauh yang Giga tahu. Sekarang Giga mengerti, Ada jiwa Office boy yang tertanam pada teman kelasnya yang patut diacungi jempol itu.
Selain Giga dan David, Oryza juga tercantum dalam jadwal piket sepulang sekolah hari itu.
"Vid, lo yang santai aja kali. Lo kaya maling yang lagi dikejar-kejar warga tau nggak! Slow man, nggak perlu--,"
"Tugas gue selesai. Gue pulang. Bye," potong David yang setengah berlari setelah meletakan sapu pada tempatnya.
Buset dah tuh anak. Giga menggeleng tak habis pikir. "Vid bilangin Adam sama Daniel kalo gue belum selesai piket!" teriak Giga pada David yang sudah berlari meninggalkan ruang kelasnya.
"OKEEEE!" balas David berteriak seiring langkah kakinya yang berlari menuju parkiran.
Adam dan Daniel memang tengah menunggu Giga di parkiran karena ketiganya akan bermain futsal bersama.
Giga masih sibuk membersihkan kaca jendela sambil terus bersiul asal-asalan untuk mengusir kesunyian sekaligus kekikukan di antara dia dan Oryza.
"Kalo lo mau pulang, Pulang aja Ga. Ini juga udah mau selesai kok," kata Oryza yang masih sibuk membersihkan papan tulis dengan kain basah.
Siulan Giga berhenti dan kedua bola matanya berbinar. Begitupun gerakannya yang tengah membersihkan kaca dengan kain lap terhenti seketika sebelum menoleh pada Oryza. "Wah, beneran Za? Serius? Lo nggak bohong kan? Awas lo kalo lo nipu gue! Jangan tarik kata-kata lo Za. Lo ha--,"
"Brisik banget si! Iya udah sana pulang!" potong Oryza yang masih tak mengalihkan kesibukannya membersihkan papan tulis.
Giga meloncat dari meja yang ia gunakan sebagai pijakan saat membersihkan kaca jendela kelasnya, lantas menggendong tas punggungnya. Lalu tanpa pamit maupun salam sama sekali, lelaki itu melengos pergi meninggalkan Oryza seorang diri.
Siapapun tau jika Oryza memerintahkan Giga segera pulang bukan semata-mata karena tugas piketnya hendak selesai. Hanya saja, ia tak ingin terjebak situasi yang tak nyaman jika hanya berdua bersama lelaki itu. Lebih baik sendirian seorang diri dan menyelesaikan sisa tugas piket ini dari pada hanya berduaan di ruang kelas bersama Giga yang--
--kembali memasuki kelas.
Giga berjalan mendekati Oryza dengan jaket denim yang ia genggam di tangan kanannya.
"Ada yang ketinggalan?" tanya Oryza yang melihat gelagat mencurigakan dari mantannya.
"Enggak," balas Giga singkat dan langkahnya terus berjalan mendekati Oryza. Lalu jaket denimnya yang ternyata setengah basah itu ia gunakan sebagai alat untuk membersihkan papan tulis. Sama seperti yang tengah Oryza lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Giga [Completed]✔
Fiksi RemajaJika biasanya cerita dimulai dengan pertemuan manis memperjuangkan cinta. Maka cerita ini dimulai dari sebuah perpisahan dengan problematika yang ada. Giga Yudhistira Poldi. Hanya lelaki sederhana pencinta kuaci, mandiri, dan cerewetnya bikin pengin...