We Were Fated

2.6K 370 22
                                    

...

Haejung hamil.

Seharusnya itu menjadi berita yang menyenangkan bagi Chanyeol. Tapi beberapa hari ini Sehun tidak melihat Chanyeol tersenyum sedikitpun.

Ada apa?

Pertanyaan itu terus muncul di kepala Sehun.

Tapi semua segera terjawab saat tidak ada Chanyeol, tapi semua orang juga bersedih.

Sore tadi baru saja diadakan pertemuan antara keluarganya dan keluarga Jang. Pertemuan yang seharusnya menjadi pesta perayaan kehamilan Haejung itu benar-benar tidak terasa seperti perayaan.

Sehun memang melihat Haejung yang tersenyum bahagia. Kentara sekali wanita itu menantikan momen kehamilannya. Ekspresinya sangat bertolak belakang dengan keluarga yang hadir di sana.

Setelah 'perayaan', ibunya tidak berhenti melamun. Bahkan Jin Ah yang biasanya menentang siapapun membeli makan di luar, menyuruh Sehun dan Haejin memesan makanan untuk makan malam mereka.

"Keadaan Haejung tidak baik, Sehun-a."

"Tidak baik bagaimana, Eomma?"

Sehun meletakkan satu gelas susu yang baru ia buat untuk ibunya.

Tadi, Sehun yang ingin meminum susu sebelum tidur mendapati ibunya duduk sendirian di dapur. Wajahnya begitu murung, bahkan Sehun bisa melihat dengan jelas matanya yang sembab di bawah lampu yang temaram.

"Haejung tidak dalam kondisi yang baik untuk mengandung. Akan berbahaya jika dipaksakan."

Sehun terkejut tentu saja, "Lalu bagaimana?"

Jin Ah memijit pelipisnya, "Kakak iparmu itu keras kepala ingin tetap mempertahankannya."

Sehun diam.

Tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Jujur, ia begitu mengharapkan bayi itu lahir.

Sejak kecil, status menjadi anak bungsu membuatnya sangat dimanja oleh kakak dan orangtuanya.

Dengan kelahiran anak Chanyeol nanti, Sehun begitu ingin memanjakan keponakannya. Mengajak bermain, dan membelikan banyak mainan.

"Sebagai ibu, aku merasa begitu sedih untuk Chanyeol. Kukira pernikahannya ini akan membawa kebahagiaan seumur hidupnya. Tapi entah kenapa semua menjadi seperti ini."

Sehun membawa ibunya yang terisak ke dalam pelukan. Ia mengusap pelan punggung Jin Ah yang bergetar. Hatinya ikut merasa sakit, mengerti dengan apa yang dirasakan wanita dalam pelukannya itu.

"Besok kau libur, kan?"

"Iya Eomma."

"Temui lah Chanyeol. Dia pasti membutuhkanmu di saat seperti ini."

.

.

Sebenarnya Sehun berencana menemui Chanyeol di pagi hari. Tapi tugas kelompoknya tidak bisa ditunda hingga akhirnya Sehun baru bisa datang sore.

Semoga saja Chanyeol ada di rumah.

"Sehun-a? Ayo masuk."

Sehun melangkah memasuki rumah kakaknya itu. Ia menatap Haejung yang matanya sembab.

"Kau mencari Chanyeol? dia ada di ruang kerjanya."

Sudah pasti wanita itu habis menangis. Matanya yang merah dan bengkak, juga suaranya yang serak.

"Terima kasih, Noona." Sehun tidak bertanya. Karena sudah dipastikan hal apa yang membuat kakak iparnya itu menangis.

"Kau belum makan malam, kan? Mau kubuatkan sesuatu? Kebetulan aku akan memasak."

Nothing Else Like Heart ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang