Chanyeol tidak akan bisa menolak apapun yang Sehun inginkan.
...
"Park Sehun! Kau mengambil hairdryer Eomma?"
Jam baru menunjukkan pukul enam pagi. Matahari belum muncul sempurna di ufuk timur, tapi keributan telah pecah di kediaman Keluarga Park. Rumah yang sebenarnya tidak pernah sepi itu dipenuhi suara teriakan Sang Nyonya yang menggelegar.
Im Jin Ah, nyonya rumah yang masih cantik di usia yang hampir memasuki kepala lima itu terlihat kesal. Dengan mengenakan bathrobe dan handuk yang membungkus rambutnya, ia berjalan tergesa menaiki tangga, menuju kamar putra-putranya di lantai atas.
Apalagi sebabnya jika bukan karena ulah si bungsu Park Sehun?
Siapapun pasti akan bangun oleh teriakan penuh kekesalan itu. Termasuk si sulung Park Chanyeol. Terbangun karena kaget membuat kepalanya sakit. Lagi-lagi ia harus bangun karena teriakan sang ibu di pagi hari. Tapi pengecualian untuk si bungsu yang masih meringkuk nyaman di balik selimut hangatnya. Sehun tidak akan bangun meskipun teriakan Jin Ah tepat di samping telinganya.
"Mana Sehun?" pintu kamar terbuka, menampilkan wajah kesal Jin Ah yang memerah dan gigi bergemelutuk.
Chanyeol menunjuk gundukan di sampingnya, "Sehun masih tidur, Eomma." ucapnya malas. Ingin sekali ia kembali tidur karena semalam lembur sampai tengah malam. Tapi, jika tidak dibantu mencarikan, ibunya tidak akan diam.
"Dasar anak nakal."
"Sudahlah, Eomma." Chanyeol turun dari ranjang nyamannya. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju meja belajar Sehun, tempat yang biasa anak itu gunakan untuk menyembunyikan barang, "ini?" ia menunjukkan alat pengering rambut yang tersembunyi di balik tumpukan buku pelajaran di sudut meja.
"Kemarikan."
Chanyeol menyerahkan benda itu pada tangan ibunya yang terulur. Setelahnya ia hanya menatap punggung sang ibu yang berlalu sambil menggerutu.
"Eomma sudah pergi?"
Mata Chanyeol terbelalak melihat Sehun yang tertawa jahil, kepala anak itu menyembul dari balik selimut lalu terikik lirih menampilkan gigi susunya yang tanggal dua, satu gigi taring kanan atas dan satu gigi seri bawah, "Park Sehun! Kau!"
"Ampun, Hyung."
Chanyeol mengurungkan niatnya untuk memberi pelajaran saat Sehun berlari dan menghilang di balik pintu kamar mandi. Ia tidak berniat marah sebenarnya, hanya ingin memberikan gelitikan di tubuh kecil anak nakal itu atas kejahilannya yang tiada henti.
"Lebih baik aku tidur lagi," ia menguap lebar lalu kembali bergelung di balik selimut. Masih terlalu pagi, udara musim dingin juga terasa menusuk kulit membuatnya malas untuk beranjak.
.
.
Tepat pukul tujuh lebih tiga puluh, Chanyeol telah siap dengan setelan kantornya. Tidur tambahan setengah jam cukup untuk membuatnya kembali segar.
Tubuh tinggi tegap itu berbalut kemeja biru langit dengan celana hitam di kaki jenjangnya. Rambutnya tertata rapi keatas, menunjukkan dahi yang menambah kadar ketampanan laki-laki dewasa itu.
Chanyeol adalah seorang laki-laki berusia dua puluh lima tahun ini. Usia yang orang-orang bilang cukup matang untuk menjalin hubungan. Banyak yang menanyakan tentang hubungan percintaannya. Siapa pacarnya, kapan menikah? Pertanyaan itu selalu muncul apalagi setiap bertemu keluarga besar.
Sayangnya Chanyeol tidak atau mungkin belum memikirkan itu—lagi. Cinta bukanlah prioritasnya saat ini. Mungkin laki-laki seumur dirinya akan merasa kesepian tanpa kekasih, tapi tidak dengan Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Else Like Heart ✓
Fanfiction[CHANHUN] [Family, Brotherhood] Bagi Sehun, Chanyeol adalah kakak terbaik di dunia. Sehun bahkan akan dengan mudah memilih Chanyeol dibanding ayah atau ibunya, "Karena Chanyeol Hyung memberikan apapun yang aku mau." Older brother Chanyeol & Younger...