[18] Ingkar

190 52 47
                                    

VOTENYA DULU KUY!!

*****

Malam tahun baru itu pun dilewati Sarra dan Dhena dengan acara ghibah. Apalagi sih memangnya yang akan dilakukan cewek kalau ngumpul selain ngerumpi? Dhena sebenarnya telah mengajak Sarra ke lapangan terdekat rumahnya yang setiap tahunnya pasti dijejali orang yang bersiap merayaan tahun baru bersama—kali-kali cewek itu mau menikmati acara tahun baru di keramaian. Namun, Sarra yang malas gerak menolak dan memilih untuk diam di kamar Dhena.

Mereka memutuskan untuk menggosip ria seraya menonton film favorit dari kaset dvd bajakan yang baru dibeli dari abang-abang dekat rumah Dhena. Tak terasa, suara keramaian di luar membuat Sarra dan Dhena yang telah menyelesaikan filmnya beranjak ke arah balkon. Kini tahun telah berganti diiringi sorak sorai serta ribuan bahkan mungkin jutaan letupan kembang api berwarna-warni memenuhi langit.

Di tengah kekaguman mereka, Sarra yang merasakan getaran di ponselnya mulai melipir ke arah samping seraya menempelkan benda itu di telinga—menerima panggilan. Dhena bertanya lewat tatapan dan Sarra dengan mulutnya mengisyaratkan bahwa sambungan telepon itu dari Gian.

"Selamat tahun baru!"

Sarra tersenyum. Entah mengapa mendengar suara khas yang mengalun itu selalu membuat hati Sarra berdebar tak karuan. "Selamat tahun baru juga!"

"Semoga tahun depan lebih baik buat kita ya, Sayang!" seru Gian yang diamini oleh Sarra."Kamu di rumah Dhena?"

Sarra mengangguk sebelum sadar diri bahwa Gian tak bisa melihat gerakannya. Ia sempat tersenyum sesaat saat menyadari keluguannya. "Iya. Lagi di balkon lihat kembang api."

"Emang kalian gak keluar?"

"Enggak."

"Kenapa?"

"Males, ah. Rame."

"Ya kan emang itu tujuannya. Malem tahun baruan tuh mesti rame."

Sarra terkekeh mendengar dengusan Gian. Memangnya mau bagaimana lagi? Toh ia memang terlalu sayang untuk menggerakkan tungkainya lebih jauh. Alasannya yang cuma satu. Malas.

"Kebiasaan, deh. Mager mulu."

"Kamu lagi ngapain di sana?"

Gian pun menjelaskan bahwa ia baru saja mengadakan acara bakar-bakaran ikan dengan keluarganya. Sarra sesekali berseru heboh demi menanggapi sebelum semburat merah mulai muncul di pipinya akibat Gian. Cowok yang terlalu jago dalam berucap itu membuat Sarra merona saat melantunkan kalimat basi yang menyatakan rindu serta berharap Sarra saat ini berada di dekatnya.

Tanpa Sarra sadari, ada helaan napas berat di balik punggungnya yang tengah memperhatikan dalam diam dengan saksama. Jika Dhena mendengar hal basi yang kini dilontarkan dari Gian terhadap Sarra, sudah pasti asam lambungnya akan segera naik dan muntah di tempat. Dhena terlalu hafal betul dengan watak Gian dan seluruh sikap manisnya terhadap cewek.

Sebenarnya, bukan tanpa alasan ketika beberapa saat lalu Dhena memberi kode agar Sarra menggunakan salah satu platform media sosial yang lagi hits—instagram. Alasan sebenarnya sudah ia katakan—untuk mengawasi Gian, namun ada hal lain yang belum ia sampaikan secara utuh. Menurut Dhena, terlalu banyak kejanggalan-kejanggalan di akun milik Gian yang notabene sudah memiliki status sebagai kekasih Sarra.

Gian dinilai terlalu... bebas? Bukankah seharusnya seseorang yang telah memiliki kekasih membatasi diri dari pergaulannya dengan cewek lain? Bagaimanapun juga ia telah terikat dengan Sarra dan tak seharusnya masih merasa seperti lajang. Sementara, hingga saat ini—menurut pantauan Dhena—Gian terlalu membuka lebar interaksinya dengan berbagai cewek di sekelilingnya—termasuk Yoan.

S I N G G A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang