VOTE DULU NYOOOOK YG BANYAK!!
Happy reading~*****
"Sar, aku minta maaf."
Hening.
"Sar—"
Ulurannya ditepis bahkan sebelum menggapai tangan mungil di hadapan yang sangat ingin ia raih. Gian menggeram seraya mengacak surainya asal. Cowok itu tahu betul bahwa ia salah dan kini ia tengah berusaha mengambil kembali hati sang kekasih agar sudi memaafkannya.
"Yang—" panggil Gian lemah yang hanya direspon dengusan dari Sarra yang masih tak sudi menatap wajahnya. "Kamu mau sampai kapan giniin aku terus?"
Masih tak ada jawaban setelah beberapa menit berlalu. Bukannya mengacuhkan, Sarra malah kini bergerak ke ujung bangku—duduk menjauhi posisi Gian dan membuat cowok itu menunduk lesu.
"Aku gak tahu lagi mesti ngejelasin gimana sama kamu. Sumpah, aku udah mau ngabarin kamu tapi hp aku ketinggalan di penginapan pas lagi belanja oleh-oleh. Sialnya, hp aku tiba-tiba error pas aku mau pulang. Di perjalanan pulang aku sama sekali gak bisa nyalain hp. Pas nyampe rumah aku langsung ngabarin kamu, kan? Itu tuh tiba-tiba aja hp aku nyala lagi."
Dengusan terdengar kembali dari Sarra yang masih membuang mukanya. Penjelasan itu telah ia dengar berkali-kali dari puluhan telepon dan ia baca dari ratusan pesan yang Gian kirimkan padanya selama seminggu terakhir. Ya. Ia telah marah selama satu minggu penuh dan hingga kini belum sudi menerima permintaan maaf Gian.
"Oke kalau penjelasan aku emang terlalu mengada-ada menurut kamu, tapi aku juga gak tahu kenapa hp aku tiba-tiba bisa nyala lagi pas udah nyampe rumah." Gian menarik lengan Sarra dan memaksa cewek itu agar sedikit saja meliriknya. "Sumpah, aku gak bohong."
"Terus?" Satu kata yang terlontar singkat itu membuat Gian mengernyit heran. Ini bukanlah jawaban yang ia harapkan dari Sarra.
"Terus apa?"
"Gak ada lagi yang mau kamu jelasin sama aku?"
"Aku udah bilang semuanya sama kamu, Sarra. Alasan aku gak ngehubungin kamu hari itu tuh ya karena hp aku ketinggalan terus tiba-tiba error. Apalagi yang mesti aku jelasin biar kamu maafin aku?"
Bukan. Bukan jawaban itu yang ingin Sarra dengar. Berulang kali Gian membela diri hingga berbusa, namun tetap saja bukan itu permasalahan yang membuat Sarra murka hingga detik ini. Sarra akhirnya memberanikan diri menatap lurus wajah memelas Gian. Ia menghitung dalam hati saat akan berbicara—menguasai dirinya agar lebih tenang. "Terus selama di mobil pas kamu balik... kamu gak ngapa-ngapain? Sama sekali gak nyari cara buat hubungin aku?"
"Oke, aku emang salah di situ. Maaf. Maafin aku." Gian membalas tatapan Sarra dengan lamat dan penuh kesungguhan. "Aku kira kamu bisa ngertiin aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
S I N G G A H
Teen FictionSarra membenci pertemuan. Menurutnya, pertemuan hanya akan berujung pada luka perpisahan. Lalu bagaimana dengan pertemuannya bersama Gian? Cowok famous yang mulai menjalin kedekatan secara tak terduga dengannya. Haruskah pertemuannya berakhir dengan...