Segala hal yang diawali pasti akan berakhir.
Entah karena perpisahan,sesuatu yang menyakitkan,atau kematian.Mata Alvin menelusuri setiap sudut parkiran, ia mencari cari keberadaan adiknya tapi bukan Aletha yang Alvin temukan melainkan Dara dan Melati yang sedang jalan mendekatinya. Alvin menatap heran kedua sahabat adiknya, bagaimana tidak hanya ada tas Aletha yang dibawa oleh Melati sedangkan Aletha sendiri entah kemana.
"Bang Alvin" panggil Dara ketika ia telah sampai dihadapan Alvin.
"Aletha mana?" tanya Alvin bingung karena tidak melihat Aletha bersama sahabatnya.
Dara dan Melati saling lirik melirik seolah olah memberikan suatu isyarat,tidak ada salah satu diantara mereka yang ingin menjelaskan tentang Aletha karena takut Alvin akan marah.
Alvin mengerutkan dahinya "woy! Gw nanya bukannya jawab malah maen lirik lirikan" ucap Alvin membuat kedua perempuan yang ada dihadapannya itu terkejut.
"Bang, Aletha tadi udah pulang duluan" jawab Melati dengan wajah polosnya.
"Kenapa? Dia sakit? Terus kenapa tasnya masih ada sama lo?" tanya Alvin lagi yang mulai curiga.
Tidak ada pilihan lain Dara dan Melati harus jujur kepada Alvin "bang sebenernya..." Dara menjelaskan yang sebenarnya telah terjadi, Melati pun ikut membantuinya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Alvin mengalihkan pandangannya setelah Dara dan Melati merasa cukup akan penjelasannya "Aletha, adik gw" gumam Alvin tidak percaya.
Alvin bergegas pergi pulang kerumahnya untuk memastikan keadaan adiknya yang sedang dalam keadaan terpuruk, Dara dan Melati pun mengikutinya sampai rumah sahabatnya.
Seribu penyesalan menyelimuti diri Alvin, entah kebodohan apa yang telah membutakannya sampai sampai ia tidak mengetahui masalah adiknya sendiri, seharusnya sebagai seorang kakak ia selalu ada untuk adik semata wayangnya.
Langkah sedikit berlari Alvin mempercepat jalannya, satu persatu anak tangga ia lalui. Alvin menarik nafasnya lalu mengembuskannya perlahan lahan sebelum ia membuka kenop pintu kamar Aletha.
Dilihatnya Aletha sedang duduk dibibir tempat tidurnya, Alvin langsung menghampiri adiknya itu dan memeluknya. Tangisan Aletha semakin terisak, ia memeluk Alvin erat. Sangat erat.
"Maafin gw tha" ucap Alvin menahan tangisnya. Dara dan Melati menatap iba sepasang adik kakak itu dari depan pintu kamar.
Ia melepaskan pelukan Aletha, Alvin memegang kedua pahu Aletha ia mengangkat dagu Aletha agar dapat menatap matanya dalam.
"Tha gw kakak lo, kalo lo ada masalah cerita sama gw"
"Gw pikir semuanya gk akan jadi kaya gini bang, makanya gk ada yang perlu gw ceritain ke lo"
"Kita cuma berdua Tha, lo tanggungjawab gw. Jadi masalah lo sekecil apapun itu masalah gw juga"
Aletha menundukan kepalanya "gw adek lo yang paling bodoh Bang"
"Gw terlalu percaya diri buat masuk ke lubang yang kelihatannya membahagiakan nyatanya menyakitkan" sambungnya dengan nada yang lirih.
Air mata Alvin lolos begitu saja, kalimat yang Aletha ucapkan berhasil membuat dirinya ikut larut dalam kesedihan. Alvin tidak pernah melihat Aletha serapuh ini terlebih lagi hanya karena cinta, kalau saja ia tau nasib adiknya akan seperti ini secuil keikhlasan untuk melepaskan Aletha dalam kisah asmaranya pun ia tidak sudi.
"Percuma Tha lo nyalahin diri lo sendiri, kalo emang takdirnya kaya gini"
Air mata Aletha berderai kembali perlahan lahan "kenapa bang? Disaat gw ingin memulai semuanya malah mengakhiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETHA ( Completed )
Teen Fiction{ BELUM REVISI } Kamu tau peran matahari dan bulan untuk apa?.. kamu tau gimana rasanya menjadi matahari dan bulan tapi kamu tidak pernah menjadi sinarnya?.. Aku yang mencintainya, tapi aku tidak akan pernah menempati hatinya karena ada satu batas y...