Waktu sudah menunjukan pukul 10.30, nampak suasana terlihat sepi. Sepertinya seisi rumah sudah tertidur pulas, ini pertama kalinya bagi Rizka, pulang hingga larut malam begini. Rizka pun mengendap-ngendap seperti maling, namun maling yang berada dirumahnya sendiri. Rizka merasa tenang, karena saat itu, Rizka berhasil sampai kekamarnya, tanpa ketahuan sedikitpun oleh umi dan abinya. Sampai dikamarnya, Rizka pun segera membersihkan diri dan berniat untuk memanjakan tubuhnya dengan beristirahat.
Waktu berlalu begitu cepat, sampai tak bisa Rizka hindari, malam bertemu pagi, burung-burung berkicauan ketika Rizka membuka jendela kamarnya. Kemudian Rizka menyapa dunianya dengan penuh kehangatan, semua itu menandakan bahwa Rizka sangat menikmati dirinya terlahir didunia. Setelah dirinya memandangi suasana pagi, Rizka pun segera menemui umi dan abinya untuk memastikan apakah orang tuanya marah terhadap Rizka.
"Selamat pagi kado terindah Rizka, untuk umi dan abi" ucap Rizka
"Gak adil nih umi doang yang dicium" ucap Abi Rizka
"Oh Abi juga mau, sini mana tangan abi" pinta Rizka
"Rizka cium tangannya aja ya hehehe, oh iya ngomong-ngomong umi sama abi gak marah sama Rizka" memastikan
"Marah kenapa" tanya Umi
"Hehe engga kirain marah"
"Ya udah makan dulu sini, abis itu kamu kemana tuh" tanya Umi
"Tempat asosiasi umi" jawab Rizka
"Oh iya, pokoknya kamu sarapan dulu" perintah Umi
Ternyata Umi dan Abi Rizka tidak mengingat kejadian tadi malam, kalau begitu ini saatnya Rizka bisa bernafas lega. Dirinya diselamatkan oleh sang pencipta, agar terhindar dari makian kedua orangtuanya. Tanpa berpikir lama, Rizka pun segera pergi ke tempat asosiasi, lalu berpamitan kepada kedua orangtuanya.
***
Saat Rey sedang memikirkan keadaan Rizka, datanglah Dimas yang menyikut bahunya.
"Maksud lo kemarin apa, bawa-bawa Rizka segala, lo tau kan kalo gue suka sama dia" tanya Dimas
"Gue aneh deh sama lo, kata nya lo benci sama dia, apakah ini yang dinamakan sikap orang yang pembenci" Rey balik tanya
"Gak ada urusannya sama lo, gue cuman mau naya kenapa lo bawa Rizka ke kemarin. Kenapa gak sekalian lo bawa aja tuh perempuan so alim lo" tegas Dimas
"Jaga omongan lo, dia itu gak sejelek yang lo pikir" bela Rey
"Oke, oke kalo emang lo masih ngangep gue teman, kita bersaing secara sehat untuk dapetin Rizka" pinta Dimas
"Gue gak mau" tolak Rey
"Gue udah sangka sih, kalau lo gak mau terima permintaan gue, dasar pengecut" Hina Dimas
"Apa lo bilang pengecut, oke gue terima permintaan lo, bukan karena gue takut dibilang pengecut, tapi karena gue ngehargaiin persahabatan kita" jelas Rey
"Oke kalau gitu, salah satu yang dipilih sama dia, berarti dialah yang berhak atas Rizka sepenuhnya" ungkap Dimas
***
Dimas yang hampir 2 minggu itu tidak ikut diskusi, akhirnya datang kembali, untuk menginjakkan kakinya ke tempat asosiasi. Alasannya, karena Dimas ingin memperjuangan kembali, apa yang menjadi haknya. Kala itu terlihat Dimas yang datang sendiri tanpa ditemani oleh Rey, tidak seperti biasanya Dimas memilih datang lebih awal. Semua itu dilakukan, karena Dimas yang ingin mendekati Rizka lebih dulu dari pada Rey. Sepertinya Dimas bergerak sangat cepat, saat itu juga Dimas memberikan secarik surat yang berisikan puisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika ❤ menjemput islam
SpiritualCerita ini berkisah tentang pria yang buta agama bernama Rey, kala itu Rey bertemu dengan sosok perempuan yang bertolak belakang dengannya, sebut saja Fatimah. Pertemuan mereka pun sangat tidak wajar. Kisah membingungkan bagi Fatimah yang pertama k...