Bab 2
Get Married?
Setelah melewati dua malam tanpa tidur, pagi itu Raka tiba di keputusan bulat. Ya, ia akan menikahi putri tunggal Anton.Pertama, wanita itu memenuhi syarat-syarat utama yang dibutuhkan Raka untuk seorang istri. Wanita itu tidak tertarik pada perusahaan, tak tahu apa pun tentang perusahaan. Dan yang terpenting, Anton sudah berkata jika Febi akan mendukung Raka.
Kedua, selama dua hari terakhir, ia selalu mendapat kiriman foto para wanita yang tak dikenalnya dari Dera. Adiknya itu benar-benar keras kepala. Apa yang ia harapkan? Memangnya hanya dari gambar saja Raka bisa mendapatkan istri? Adiknya itu benar-benar punya banyak cara untuk membuat Raka sakit kepala.
Ketiga, tawaran perusahaan Anton tak bisa diabaikannya. Jika putrinya sama sekali tak tertarik dengan perusahaan, itu berarti Raka bisa sepenuhnya mengatur perusahaan itu. Ia bisa sepenuhnya mendapat dukungan dari perusahaan itu.
Adakah alasan untuk menolak tawaran pernikahan itu?
Tidak ada.
Raka akhirnya akan menikah. Ia bisa menyelesaikan beberapa masalah sekaligus. Ia tidak akan melewatkan kesempatan ini.
Raka melirik ponselnya yang berada di samping bantalnya, berdenting, tanda ada pesan masuk. Raka membuka pesan gambar dari Dera. Seorang wanita dengan sudut mata tajam. Tanpa ragu, Raka membalasa Dera dengan pesan,‘Kakak udah punya calon istri. Segera, kamu bakal ketemu sama kakak iparmu.’
Beberapa detik kemudian, ponselnya berbunyi. Ada telepon masuk dari Dera. Raka menimbang-nimbang selama tiga detik, sebelum akhirnya mengangkat telepon.
“Kakak bilang apa? Kakak ipar? Kak Raka serius? Kakak nggak bayar orang buat nikah sama Kakak atau semacamnya, kan?”
Tuduhan kejam Dera dibalas Raka dengan, “Nggak. Dalam waktu dekat, Kakak bakal nemuin kamu sama dia. Jadi, berhenti ngirim foto entah siapa pun lagi ke Kakak. Dan tunggu kabar dari Kakak.”
“Tunggu, tunggu! Kakak beneran mau nikah? Sama siapa? Gimana bisa?”
Kali ini Raka memberi jawaban pendek, “Segera, kamu bakal tahu sendiri.”
Raka merasakan beban super berat di dadanya seketika terangkat. Akhirnya, ia bisa terbebas dari teror Dera dan fokus dengan pekerjaannya. Akhirnya, ia mendapatkan ketenangan hidupnya lagi. Menikah memang adalah keputusan yang tepat. Ini adalah keputusan terbaik yang ia ambil seumur hidupnya.
***
“Kak Raka kenapa, Ra? Mau nikah? Beneran? Sama siapa?” Berondongan pertanyaan Dhika tak bisa langsung dijawab Dera.
Dera menatap suaminya, masih sebingung sebelumnya. Ini terlalu mendadak. Kakaknya tidak memilih sembarang wanita yang lewat di depan rumahnya, kan? Tidak. Raka tidak setak logis itu. Ia selalu punya rencana. Dera tahu itu. Lalu, ini apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Marry You (End)
RomanceDesakan menikah mulai membuat Raka jengah. Memang, sebentar lagi usianya akan mencapai kepala empat, tapi sampai saat ini ia masih tak punya seorang wanita di sisinya. Bahkan, adik bungsunya sudah menikah. Raka bukannya tidak mau menikah. Hanya saj...