Bab 16 - Don't Break My Heart

30.8K 1.7K 101
                                    


Bab 16

Don't Break My Heart


"Pantai! Laut!" seru Febi ketika mereka semakin dekat dengan pantainya.

Raka tersenyum. Sejujurnya, Raka ingin menghabiskan setiap hari seperti ini. Melakukan hal-hal yang diinginkan Febi, di samping wanita itu, bersama wanita itu. Namun, sayangnya ini adalah hari terakhir liburan Raka. Besok, ia harus kembali bekerja. Ada pekerjaan yang sudah menumpuk karena ia tinggal.

Selama beberapa hari terakhir, Raka menemani Febi ke banyak tempat, bahkan ke luar kota. Mereka belum pulang sejak hari mereka pergi untuk camping. Dan Raka sudah menyiapkan kejutan lain untuk Febi di rumah.

"Hari ini, kamu mau aku temani juga?" Raka memastikan. Ia selalu menanyakan itu setiap harinya. Khawatir jika ia mengganggu kesenangan Febi.

Febi menoleh dan mengangguk mantap. Lalu, ia turun lebih dulu ketika Raka sudah memarkirkan mobilnya. Apa benar ia minta ditemani?

Raka tersenyum geli ketika melihat Febi berlari ke pantai.

Berjalan di tepi pantai tanpa alas kaki. Salah satu hal di daftar keinginan Febi. Wanita itu pernah terseret ombak ketika masih kecil, dalam perjalanan studi wisata sekolah. Sejak saat itu, papanya meminta Febi menjauhi pantai. Tentu saja, dengan patuh, Febi menurutinya.

Jika tahu seperti itu, kenapa tidak sejak dulu saja papa Febi menjodohkan Febi dengan Raka? Setidaknya, wanita itu bisa lebih cepat untuk bisa melakukan hal-hal yang ia inginkan.

Raka menyusul Febi yang sudah berlari kembali dari pantai ke arahnya. Wanita itu mengerjapkan mata, lalu menutup matanya rapat.

"Mataku, mataku ..."

Raka menahan bahu Febi sebelum wanita itu menubruknya.

"Kenapa anginnya kencang banget? Kenapa banyak debunya juga?" omel Febi.

"Itu pasir," Raka meralat.

"Oh, benar juga." Febi perlahan membuka matanya yang sudah memerah dan berair. Ia mengerjap. "Ah, perih."

Raka menangkup wajah Febi, lalu menunduk ke arah wanita itu. Ia meniup mata Febi satu-persatu.

"Udah?" tanya Raka.

Febi mengerjap, lalu mengangguk. Wanita itu tersenyum lebar. "Makasih," ucapnya senang.

Raka tahu, ia seharusnya melepaskan Febi sekarang. Namun, tatapannya masih tertuju pada wajah Febi yang masih dalam tangkupan tangannya. Hingga tiba-tiba, sesuatu mendorong lehernya, membuat Raka menunduk dan ... berakhir menabrakkan bibirnya di bibir Febi.

Raka segera menarik diri dan memutar tubuh untuk melihat pelakunya. Ia melotot galak pada Angga.

"Kamu ..."

"Hai, Kak. Cuma mau bilang, aku sama yang lain udah sampai." Angga mengedik ke arah rombongan keluarga mereka.

Raka mendesis kesal pada Angga sebelum kembali menatap Febi. Wanita itu tampak shock.

"Febi, maaf," ucap Raka. "Itu ... Angga emang usil."

Febi mengerjap. "Ah." Ia berdehem. "Iya, nggak pa-pa. Tapi ... apa? Angga?"

Febi menoleh dan akhirnya menyadari kehadiran Angga yang sudah tersenyum lebar.

"Bukan cuma Angga, sebenarnya, tapi yang lain juga." Raka menggeser Angga agak kasar agar Febi bisa melihat yang lainnya.

Fated to Marry You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang