Bab 19
Hold You Tight
Raka menatap wajah Febi yang sudah terlelap. Dengan sangat hati-hati, tangannya mengusap mata Febi yang bengkak. Entah sudah berapa lama ia menangis. Hati Raka perih membayangkan itu.
Raka mengalihkan tatap dari Febi ketika mendengar panggilan pelan Dera dari pintu kamarnya. Dera mengedik ke luar. Ah, benar juga. Lyra dan yang lain ada di rumahnya. Raka mengusap lembut kepala Febi, berharap wanita itu tak bermimpi buruk.
Ketika Raka bergabung ke ruang tamu, Erlan yang tadi masih di kantor papa Febi sudah ada di sana juga.
"Masalah perusahaan udah beres," Erlan berkata. "Selanjutnya, kamu urus sendiri."
Raka mengangguk. "Makasih."
"Lyra juga udah mastiin Teddy nggak akan bisa macam-macam lagi ke kamu sama istrimu," lanjut Erlan. Meski begitu, ketika melirik Lyra, Erlan masih tampak kesal.
"Aku akan hati-hati," janji Lyra.
Erlan mendesah pelan, tak mendebat. Ia kembai berbicara pada Raka,
"Aku akan segera balikin saham yang ada di aku sama Lyra ke kamu. Satu persen saham yang ada di Teddy juga akan segera aku urus. Aku udah ngomong sama asistenmu tadi tentang itu. Trus ..."
"Masalah media udah aku urus biar ini nggak jadi ramai," Dhika berbicara.
"Rumah Om Anton juga udah aku beresin," Ryan menyahut.
"Kak Angga sama Kak Dimas masih di The Key dan ngeberesin situasi di sana karena keributan kecil ini," beritahu Dera. "Ada yang nyebar rumor ke direksi kalau Kak Raka sengaja bikin mertua Kakak celaka."
Raka mendengus pelan. Namun, syukurlah, semua sudah berakhir. Di saat ia tak bisa berpikir karena begitu mengkhawatirkan Febi, mereka sudah membereskan masalah-masalah itu untuk Raka.
"Aku berterima kasih banget buat kemarin dan hari ini. Kalau kalian butuh bantuan, atau apa pun, aku pasti ..."
"Duh, Kak, kayak sama siapa aja," tukas Dera.
"Lagian, kita ngelakuin ini bukan buat kamu, tapi buat istrimu," timpal Lyra. "Well, such a character. Aku suka cara dia bikin kamu kalang-kabut." Lyra tersenyum puas. "Kalau ingat gimana dulu kamu ngancam aku pakai Dera, rasanya aku pengen nyulik istrimu aja."
Oh, tentu saja. Ini Lyra. Bahkan meski Raka bersikap manis padanya pun, anak itu akan terus seperti itu. Seperti yang dikatakan Lyra tentang Febi, anak itu sendiri juga such a character. Arman sebagai kakak kandungnya pun sudah mengakui itu. Pria yang malang, sekaligus beruntung.
***
Ketika Febi membuka mata, air matanya masih mengalir, seperti di mimpinya. Hanya saja, tak seperti di mimpi, saat ini seseorang memeluknya erat, menenangkannya.
"Itu cuma mimpi buruk," Raka berbicara.
"Raka ... Raka ..." Febi terus menyebut nama itu sampai ia merasa lebih tenang. Raka pun tak melepaskan pelukannya sampai tangis Febi reda.
"Udah baikan?" tanya Raka saat menarik diri.
Febi mengangguk kecil.
"Aku ambilin air dulu," pamit Raka seraya beranjak duduk, tapi Febi memegangi lengan kausnya erat.
"Tolong bilang sekali lagi, kalau kamu nggak bohongin aku," pinta Febi.
Raka kembali menatap Febi. "Aku nggak bohong sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Marry You (End)
RomanceDesakan menikah mulai membuat Raka jengah. Memang, sebentar lagi usianya akan mencapai kepala empat, tapi sampai saat ini ia masih tak punya seorang wanita di sisinya. Bahkan, adik bungsunya sudah menikah. Raka bukannya tidak mau menikah. Hanya saj...