Bab 15 - Can We Stop The Time?

31.4K 1.8K 127
                                    

Bab 15

Can We Stop The Time?

Raka sudah akan turun dari mobil ketika melihat Febi masih mematung di tempatnya. Tatapannya tertuju ke arah bangunan gudang yang terletak di samping rumah. Raka mengulurkan tangan, dengan lembut memutar wajah Febi ke arahnya.

"Aku di sini," ia berkata.

Febi mengangguk, tapi wajahnya tampak pucat. Raka menarik napas dalam dan memutuskan.

"Ayo kita liburan. Katamu, kamu pengen camping, kan? Ayo kita camping," ajak Raka.

Perlahan warna kembali ke wajah Febi. Wanita itu tersenyum kecil dan mengangguk.

Raka turun lebih dulu dan memutari mobil, membukakan pintu untuk Febi. Raka menggenggam tangan Febi ketika mereka berjalan ke rumah, meyakinkan Febi jika Raka ada di sampingnya.

"Tapi ... kamu beneran nggak pa-pa ambil cuti lagi? Waktu kita bulan madu juga kan ..."

"Nggak pa-pa," Raka menukas. "Key Group itu punya keluargaku. Siapa yang berani mecat aku?"

"Tapi, kamu takut kalau orang yang mau ngejatuhin kamu ngelihat aku di klub malam?"

Raka berdehem. "Ayo masuk. Siapin barang-barang yang mau kamu bawa."

"Emangnya kita mau camping berapa lama?"

"Berapa lama pun yang kamu pengen," jawab Raka. "Nanti kalau kamu udah bosan, kita nggak akan langsung pulang. Masih banyak kan, tempat yang pengen kamu kunjungi?"

Febi akhirnya tersenyum. "Kenapa kamu mau ngelakuin ini?"

Raka menatap Febi. "Aku kan, udah janji ke kamu. Aku akan nemenin kamu ngelakuin apa yang kamu pengen, pergi ke tempat yang kamu pengen. Dan aku akan ngelindungin kamu."

Selama beberapa saat, Raka tak bisa mengalihkan tatapan karena Febi juga masih menatapnya. Lagi-lagi, Raka seolah tenggelam di mata abu-abu wanita itu.

"Kamu ... itu ... matamu ..."

"Apa?" Pertanyaan Febi seketika menyadarkan Raka.

"Aku .. itu .. maksudku ... aku terbiasa ngehadapin orang-orang yang berusaha ngejatuhin aku di perusahaan. Juga, aku punya tiga adik, jadi aku harus selalu bersikap tegas. Karena itu ... kalau ada kata-kata atau sikapku yang nyinggung kamu, tolong ingatin aku. Sebenarnya, dulu aku juga pernah nyakitin adik-adikku, terutama Dera, karena sikap dan kata-kataku. Dan aku nggak akan tahu kalau aku salah sampai mereka bilang itu ke aku. Jadi, kamu juga ..."

"Oke," Febi menyahut.

Raka mengerjap.

"Ya, aku akan bilang ke kamu," Febi berkata.

Raka mendesah lega. Sampai Febi melanjutkan,

"Tapi, yang jadi masalahnya bukan kamu, tapi aku."

Raka mengerutkan kening tak mengerti. Apa maksud Febi?

Febi menghela napas. "Aku akan berusaha buat lebih ngertiin kamu dan sikapmu," ucapnya.

"Febi, kamu nggak perlu ..."

"Karena itu juga yang kamu lakuin buat aku," Febi memotong. "Karena kamu udah ngertiin aku yang kayak gini, jadi aku juga akan ngelakuin yang sebaliknya. Adil, kan?" Febi tersenyum.

Raka mengernyit ketika Febi melepaskan genggaman tangan Raka dan masuk ke rumah lebih dulu.

Bukan. Bukan itu maksud Raka. Sama sekali bukan itu.

Fated to Marry You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang