Bab 18
Too Late
Setidaknya ada dua puluh orang yang menghadang Raka di halaman rumah Febi. Namun, itu sama sekali bukan masalah bagi Raka. Sampai ia melihat orang di balik orang-orang itu.
"Di mana istriku?" tuntut Raka ketika Teddy, adik tiri Anton, muncul.
"Istrimu? Febi?"
Raka mengepalkan tangan geram. Jelas, pria itu tahu keberadaan Febi.
"Apa yang kamu inginkan dari aku?"
"Apa lagi? Sahamnya Anton. Sekarang ada di kamu, kan?" Teddy tersenyum licik. "Buat saham itu jadi milikku sebelum rapat pemegang saham besok."
"Aku akan nyerahin itu ke kamu. Tapi, kalau Febi terluka sedikit aja, kamu nggak akan dapat apa pun dari aku. Bahkan, aku nggak cuma akan ngirim kamu ke penjara. Aku juga akan ngirim orang untuk ngebunuh kamu di sana nanti. Jadi, jangan sentuh Febi."
Teddy menyipitkan mata. "Apa Febi tahu, seberbahaya apa suaminya ini?"
Raka mengernyit.
"Aku tahu reputasimu yang sebenarnya, tapi Febi kayaknya sama sekali nggak tahu," sebut Teddy. "Ngelihat gimana dia begitu bergantung sama kamu."
Tangan Raka semakin terkepal erat.
"Bahkan setelah apa yang dia alamin di masa lalu, dia masih bisa percaya sama kamu?" dengus Teddy. "Dia bahkan nggak berhenti nangis karena berpikir kamu yang nyerahin dia ake aku."
Raka meraung marah mendengar itu. Ia sudah akan menerjang Teddy, tapi Jonas menahannya.
"Bu Febi ada bersama mereka, Pak. Jangan bertindak gegabah," Jonas mengingatkannya.
Hanya itu yang menahan Raka untuk tidak membunuh Teddy saat itu juga. Nanti, begitu ia memastikan Febi aman. Nanti, Raka menjanjikan pada dirinya sendiri.
***
Ketika Lyra datang ke rumah sakit bersama Erlan, Dera, Dhika dan Ryan, ia melihat Raka sedang berdebat dengan kedua adiknya di luar kamar rawat papa Febi. Perdebatan itu berakhir ketika Dera memanggil mereka.
"Kak Febi?" tanya Dera.
Raka menggeleng. Pria itu tampak ... parah. Rambutnya berantakan, wajahnya begitu kusut. Ia seolah ... kehilangan pegangan.
Dera mendekati Raka dan memeluknya. Raka benar-benar kalah. Ia membiarkan dirinya jatuh di pelukan adik bungsunya itu. Ia hancur di sana.
Melihat keadaan Raka, Lyra tak tega juga meledek pria itu. Bahkan, ketika mereka masuk ke ruang rawat papa Febi, Raka lebih dulu berkata,
"Lagi-lagi aku kalah dari kamu."
Lyra mengangkat alis.
"Karena nggak tahu kelemahan Febi, aku nggak bisa ngelindungin Febi. Sialnya, aku kelemahan dia. Satu-satunya orang yang nyakitin dia itu aku." Raka mendengus meledek dirinya sendiri. "Aku bahkan nggak tahu tentang perasaannya dan aku bersikap seolah aku tahu semuanya tentang dia."
"Trus kenapa?" Lyra tak bisa melewatkan kesempatan untuk meledek Raka kali ini. "Emangnya kenapa kalau kamu jadi kelemahan istrimu? Emangnya kenapa kalau istrimu terluka karena kamu? Dia yang makai perasaannya di pernikahan tanpa cinta kalian. Jadi, kenapa kamu kayak gini?"
Raka mendengus kasar. "Karena bukan dia satu-satunya yang makai perasaan di sini."
Akhirnya pria itu mengaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Marry You (End)
RomanceDesakan menikah mulai membuat Raka jengah. Memang, sebentar lagi usianya akan mencapai kepala empat, tapi sampai saat ini ia masih tak punya seorang wanita di sisinya. Bahkan, adik bungsunya sudah menikah. Raka bukannya tidak mau menikah. Hanya saj...