Bab 14
This Heart is Beating For You
"Febi ... pernah diculik?" Raka tak bisa lebih terkejut lagi ketika mendengar cerita papa mertuanya.
Anton mengangguk. "Omnya yang menculiknya. Waktu itu, dia berumur sembilan tahun. Adik tiri Papa minta Papa mundur dari perusahaan." Anton mengernyit. "Papa melakukan kesalahan waktu itu. Dan Papa masih menyesalinya sampai saat ini."
Raka memperhatikan raut sedih papa mertuanya.
"Papa menolak mundur. Febi diculik dan disekap di gudang selama seminggu. Bahkan, Papa hampir kehilangan dia waktu itu." Anton menarik napas dalam. "Waktu Papa nemuin dia, dia udah berhari-hari nggak makan atau minum. Karena dia terus nolak dikasih makan, mereka nggak ngasih dia makan atau minum. Selama berhari-hari. Mereka tega ngelakuin itu ke anak kecil."
Raka mengernyit. Ia membayangkan betapa takutnya Febi saat itu, betapa laparnya, betapa dinginnya. Saat itu, ia hanya seorang anak kecil berumur sembilan tahun.
"Seandainya waktu itu, Papa nurutin permintaan adik tiri Papa, Febi pasti nggak akan ngalamin hal kayak gitu. Tapi, karena keegoisan Papa ..."
"Bukan karena Papa," Raka menyela. "Adik tiri Papa yang serakah. Dia bahkan tega ngelakuin hal kayak gitu ke keponakannya sendiri."
Anton tersenyum getir. "Sejak saat itu, Papa nggak pernah ngebiarin Febi pergi sendiri. Bahkan Papa bayar orang buat ngikutin Febi. Karena untuk pertama kalinya, dia ngungkapin keinginannya, buat bawa mobil sendiri. Untuk pertama kalinya.
"Papa selalu ngajarin Febi buat nggak percaya sama siapa pun. Karena itu, dia pasti sangat kesepian. Nggak ada teman, nggak ada keluarga. Dia selalu sendirian. Dia juga ... harus hidup dalam pengawasan Papa. Mungkin bagi Febi, hidupnya selama ini serasa di penjara." Anton tampak sedih ketika mengungkapnya.
"Salah," tepis Raka. "Justru, selama ini dia selalu ngerasa aman. Karena ada Papa. Dan Raka ngacauin itu. Maaf, Pa. Karena Raka gagal jagain Febi." Raka menunduk, menyesal.
Anton menepuk bahu Raka. "Kamu udah ngelindungin Febi dengan baik. Hari ini, kemarin juga."
Raka menoleh kaget. "Kemarin ... Papa juga tahu?"
Anton tersenyum meminta maaf. "Maaf. Papa masih belum terbiasa ngelepas putri Papa. Bukan berarti Papa nggak percaya sama kamu. Tapi ... Febi putri Papa satu-satunya, Raka. Jadi, tolong kasih Papa kesempatan buat ngelepas dia pelan-pelan, ya?"
Raka tersenyum kecil dan mengangguk.
"Selama ini, Febi nggak pernah bisa bebas ngelakuin apa pun yang dia pengen. Jadi, begitu dia nikah dan lepas dari pengawasan Papa, pasti banyak hal yang pengen dia coba," lanjut Anton.
"Papa ... juga tahu tentang itu?"
"Febi itu putri Papa, Raka." Anton tersenyum. "Papa bahkan tahu, dia pernah kabur waktu di luar negeri."
Raka mengerjap tak percaya. Febi ... kabur?
"Dan karena Papa, sekarang kamu yang akan kena imbasnya. Dia pasti bikin banyak masalah, kan, selama kalian bulan madu?" Anton meringis meminta maaf.
Raka berdehem. Ia tak tega mengkhianati janjinya pada Febi. "Tapi, Papa nggak perlu khawatir. Mulai hari ini sampai seterusnya, Raka akan nemenin Febi ngelakuin hal-hal yang dia pengen."
"Papa tahu, Papa bisa percaya kamu. Terima kasih ya, Raka." Anton kembali menepuk bahu Raka.
Raka tersenyum. Dalam hati ia berjanji, ia tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Febi. Tidak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Marry You (End)
RomantizmDesakan menikah mulai membuat Raka jengah. Memang, sebentar lagi usianya akan mencapai kepala empat, tapi sampai saat ini ia masih tak punya seorang wanita di sisinya. Bahkan, adik bungsunya sudah menikah. Raka bukannya tidak mau menikah. Hanya saj...