Bab 13
Aku Di Sini, Di Sampingmu
Febi lagi-lagi tersenyum ketika teringat kata-kata Raka tadi pagi. Dalam rencananya, Febi tak pernah berniat mengajak siapa pun. Namun, entah kenapa ia justru tak sabar untuk mencoba banyak hal baru. Bersama Raka. Bukan dengan pengawal, sopir, sekretaris atau asisten. Namun, Raka. Suaminya.
Febi tersenyum lebar sembari kembali menulis di kertas daftar keinginannya. Ia akan menulis setidaknya seribu hal di sini. Ia akan melakukan apa pun yang ia inginkan. Ia akan melakukan apa pun yang ia suka.
Febi mengecek jam di ponselnya. Masih empat jam lagi sampai Raka pulang kerja. Pria itu bahkan mengirimkan makanan untuk makan siang Febi. Siapa sangka pria itu akan bersikap sebaik ini padanya? Ketika bangun tadi, Febi sudah yakin Raka akan memarahinya, mengatakan hal-hal menyakitkan lainnya.
Pikiran senang Febi itu terputus oleh suara interkom di meja samping tempat tidur. Febi melompat turun dari tempat tidur dan berbicara di interkom.
"Ya?"
"Bu, ini dari pos satpam. Ada tamu yang mencari Bu Febi," beritahu satpamnya.
"Siapa, ya? Suruh masuk aja dulu deh, Pak."
"Baik, Bu."
Febi mengintip dari jendela kamar. Dilihatnya sebuah mobil van hitam memasuki halaman rumah. Siapa yang mencarinya sampai datang ke rumah ini?
Febi turun ke bawah untuk menemui tamunya. Seorang wanita yang tak dikenalnya, sudah berdiri di depan pintu ketika ia membuka pintu.
"Maaf, siapa ...?"
"Siapa menurutmu?" Wanita itu balik bertanya. Ia tersenyum dingin, lalu mendorong Febi ke dalam, sebelum ia ikut masuk ke rumah.
"Biar aku yang urus perempuan ini," wanita itu berkata pada serombongan pria yang masuk ke rumah itu.
Mata Febi menyipit. Perampok?
Febi berbalik dan mengejar salah satu perampok yang akan naik. Ia menarik tangan pria itu dan melakukan high kick tepat ke kepalanya. Seketika, pria itu jatuh di depan tangga.
"Tangkap perempuan itu!" perintah wanita asing tadi.
Febi berlari menaiki tangga. Ponsel. Ia membutuhkan ponselnya. Febi berhasil mengunci pintu kamar tepat ketika salah seorang perampok tiba di depan pintunya. Febi mencari ponselnya. Ia mencari nomor Raka. Febi menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri ketika tangannya bergetar.
Raka pasti akan melindunginya.
***
Raka tersenyum teringat bagaimana Febi menurutinya dengan patuh tadi pagi. Wanita itu bahkan mengantar Raka sampai ke pintu depan ketika Raka berangkat kerja. Kenapa tidak sejak awal Febi bersikap semanis itu?
Senyum Raka semakin lebar ketika ponselnya berdering. Nama Febi muncul di layar ponselnya.
"Ha ..."
"Raka, ada perampok di rumah. Aku akan berusaha nahan mereka, jadi tolong cepat ke sini."
Lalu, panggilan itu berakhir.
Raka mematung di tempatnya selama dua detik, sebelum ia menghubungi Jonas. Sial. Kenapa juga ia tadi tidak membiarkan orangnya tetap mengawasi Febi? Ia pikir, Febi akan baik-baik saja di rumah.
Sementara Jonas menyiapkan mobil, Raka berlari meninggalkan ruangannya. Pikirannya penuh akan Febi. Wanita itu harus baik-baik saja.
"Apa yang terjadi, Pak?" tanya Jonas dalam perjalanan ke rumah Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Marry You (End)
Roman d'amourDesakan menikah mulai membuat Raka jengah. Memang, sebentar lagi usianya akan mencapai kepala empat, tapi sampai saat ini ia masih tak punya seorang wanita di sisinya. Bahkan, adik bungsunya sudah menikah. Raka bukannya tidak mau menikah. Hanya saj...