Bride to be
"Kak Raka tahun depan umurnya udah empat puluh, lho," Dera menyebutkan, sengaja menekankan di bagian empat puluhnya.
Raka masih menunduk di atas berkas yang sedang dibacanya.
"Dera udah nikah dan bahagia. Kak Angga sama Kak Dimas juga udah punya posisi mantap di perusahaan. Udah waktunya Kak Raka ngurus diri Kakak sendiri," ucap Dera lagi.
Raka masih tak membalas.
"Kak Angga sama Kak Dimas juga mungkin belum nikah karena Kak Raka belum nikah." Suara Dera terdengar tajam kali ini.
Raka mendesah berat, meletakkan berkas di tangannya. Ia mengusap rambut pendeknya dengan tangan sembari menatap adik bungsunya.
"Nggak ada cewek yang mau sama Kakak," jawab Raka asal.
Dera mendengus kasar. Bahkan, keponakannya, Rendra, tertawa di saat yang sama, seolah menertawakannya. Namun, saat Raka menoleh, anak itu masih asyik menonton film kartun dari tab Raka.
"Kalau aku ngumumin, Kak Raka lagi nyari calon istri, percaya deh, bakal ada ratusan cewek yang daftar," sebut Dera.
"Dan semuanya ngincar uang Kakak. Kalau nggak, ngincar perusahaan keluarga kita," balas Raka enteng. "Kamu mau Kakak mati di tangan cewek yang pengen nguasain perusahaan keluarga kita?"
Dera ternganga tak percaya.
"Kakak baik-baik aja, Ra. Kamu kalau mau nyariin cewek, tuh buat Angga sama Dimas aja. Kakak nggak keberatan mereka nikah duluan. Kakak lebih suka ngurus perusahaan daripada ngurus makhluk paling ribet sedunia."
Kalimat Raka membuat Dera melotot galak dengan tangan di pinggang.
"Pengecualian buat kamu," Raka buru-buru menambahkan.
Dera kembali mendengus kasar. "Dera bakal cariin cewek yang pas buat Kakak."
"Nggak perlu, Ra," tolak Raka.
"Dera juga pengen lihat Kak Raka bahagia." Adiknya itu menatapnya frustasi.
"Kakak bahagia," balas Raka. "Kamu udah nikah, punya suami yang baik dan anak yang lucu. Kakak udah bahagia lihat itu. Angga dan Dimas udah mantap sama kerjaan mereka. Bahkan, perusahaan barunya Angga juga udah cukup kuat buat berdiri sendiri. Itu kebahagiaan yang Kakak butuhin."
Dera mendesah berat, lalu mendekat ke meja kerja Raka.
"Dera ngerasa belum cukup bahagia kalau belum lihat Kak Raka nikah dan bahagia. Dera juga pengen Kakak ngerasain apa yang Dera rasain," ucap Dera.
"Kakak nggak bisa hamil kayak kamu, jadi Kakak nggak bakal bisa ngerasain apa yang kamu rasain," debat Raka.
Dera memutar mata. "Gini nih efeknya kalau kelamaan tinggal sama Kak Angga."
Raka menahan senyum gelinya.
"Makanya, Kakak buruan nikah, biar aman dari pengaruh nyebelin Kak Angga," ucap Dera.
"Walau Kakak nikah, Kakak bakal tetap tinggal sama Dimas sama Angga," Raka memberitahu.
Dera meringis. "Mereka yang mungkin nggak mau tinggal sama Kakak."
Raka mengerutkan kening. "Kenapa?"
"Damar aja aslinya udah mau tinggal sendiri sejak dia kuliah. Katanya, bosan lihat orang pacaran tiap hari." Dera tersenyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to Marry You (End)
РомантикаDesakan menikah mulai membuat Raka jengah. Memang, sebentar lagi usianya akan mencapai kepala empat, tapi sampai saat ini ia masih tak punya seorang wanita di sisinya. Bahkan, adik bungsunya sudah menikah. Raka bukannya tidak mau menikah. Hanya saj...