Warning! part ini mengandung kata-kata kasar.
•••••
Author POV
Prang!
Lagi dan lagi Daven menghancurkan semua barang yang ada dikamarnya. Kamar yang tadinya rapi sekarang sudah tak berbentuk.
Barang-barang berceceran, pecahan kaca berserakan, bahkan ada beberapa bercak-bercak tetesan darah.
Ya, siapa lagi kalau bukan darah Daven. Tangannya sudah memar dan lecet sekarang. Tidak biasanya Daven liar seperti ini. Bahkan ia tak pernah sekalipun marah sampai melampiaskan emosinya pada apapun. Tetapi sekarang....
Dan yang menjadi akar kemarahannya adalah keluarganya sendiri.
Daven menyandarkan tubuhnya ditembok. Ia terduduk sambil mengerang kesakitan. Nafasnya tersenggal-senggal. Mata Daven memerah dan berkaca-kaca.
Kondisinya sangat berantakan. Rambutnya acak-acakan, bajunya kusut, dan ruas jari tangannya berdarah.
Jangan tanya lagi, Daven dengan beringasnya meninju kaca jendela balkon kamarnya tadi. Daven tidak peduli jika perbuatannya ini mengakibatkan kegaduhan diluar. Ia sangat tidak peduli.
Hanya satu hal yang sedari tadi ada dipikiran Daven.
Hubungan keluarganya yang hancur.
•••••
Daven POV
Gue gak pernah nyangka kejadian seperti sekarang bakal terjadi. Hal yang bahkan gak ada dipikiran gue sedikitpun.
Pernah gak sih lo ngerasa, dunia ini gak adil? Dunia ini kejam! dunia ini menyakitkan! dunia ini bullshit!
Atau malah bukan dunia, tapi hidup gue yang emang kaya begitu. Haha, gue tertawa hambar. Fuck!
Gue udah gak sudi tinggal ditempat ini. Gue pengen cepet-cepet minggat dari sini.
Rumah yang gue anggep tempat untuk tinggal, kini seolah mengusir gue.
Keluarga yang hangat, ramah, dan sangat gue cintai...mereka bohongin gue. Mereka nyimpen rahasia besar, dan gue gak tau itu. Dan gobloknya gue baru tau kemarin. Terjawab sudah selama ini pertanyaan gue. Rahasia itu terbongkar. Rahasia tentang identitas asli gue.
Gue yang sebelumnya udah benci Papa sekarang tambah benci. Tapi Mama? apa gue tega sama seseorang yang ngerawat gue dari kecil sampe gue bangkotan kaya gini? Gak, gue gak setega itu.
Masalah makin rumit saat gue udah tau yang sebenarnya. Papa dan Mama mau cerai. Finally, karna seorang cewek bangsat yang Papa nikahin setelah cerai nanti. Bener-bener laki-laki berengsek! Dia...setega itu.
Bajingan!
Gue udah muak sama semua masalah yang bertubi-tubi ini. Seolah Tuhan itu gak ngizinin gue terbebas sedikitpun.
Gue pengen hidup bebas dan lepas dengan keluarga yang hangat yang bisa nemenin gue setiap hari. Yang bikin gue senyum dan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Girl [ON-GOING]
Teen Fiction[SEDANG HIATUS] Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, bukan menyatukan.