PART 15 - Aletta

2.8K 177 21
                                    

Sore ini, udara terasa sejuk. Daven memarkirkan motornya didepan sebuah tempat. Ia turun dan mulai berjalan ke tempat tujuannya.

Pemakaman Linggar Permai

Itulah, papan tulisan yang tertancap rapi didepan tempat itu. Ya, kini Daven sedang berada dipemakaman.

Semilir angin senja membuat hawa terasa dingin. Tetapi Daven tidak memperdulikan hal itu, bahkan ia masih memakai seragamnya.

Daven menggenggam erat sebuket bunga lilly putih yang dibelinya tadi. Tentu saja, bunga itu ... untuk seseorang.

Daven berjalan menyusuri batu-batu nisan yang terlihat usang termakan usia dan beberapa diantaranya ada gundukan tanah yang terlihat masih baru. Langkahnya pelan tetapi pasti.

Daven berhenti sejenak, ia menatap langit yang tampak mendung. Tetapi tidak menandakan akan turunnya rintik hujan.

Ia menghembuskan nafas berat. Mendadak dadanya terasa sesak. Jujur saja, ia masih belum siap mengingat kembali tentang dirinya...

Dirinya yang telah lama pergi.

Setelah memantapkan hatinya, Daven kembali melangkah. Kali ini dengan langkah yang tegas. Keputusannya sudah bulat dan tak bisa diganggu gugat.

Setelah beberapa detik melangkah, akhirnya ia telah sampai. Ia berdiri tepat dihadapan sebuah batu nisan.

Aletta Damara Kirani

Daven membaca nama itu dalam hati. Kemudian ia berjongkok dan meletakkan bunga lilly segar dimakam itu.

Pertahanannya meluruh. Tangannya mulai bergetar dan matanya mulai memanas. Makam ini...makam yang 10 bulan silam ia kunjungi.

"Hai marmut kecil," sapa Daven dengan senyum getir. Nama lama itu, nama panggilan sayangnya untuk Aletta.

"Apa kabar?" sapa Daven canggung.

Mungkin jika ia berada ditempat lain, orang akan mengiranya gila karna bicara sendiri. Tetapi jika dimakam seperti ini, semuanya terlihat wajar. Seolah kita bisa berbicara dengan pemilik batu nisan tersebut.

"Maaf ya, aku jarang dateng ngunjungin kamu. Aku sibuk sama tugas disekolah."

Daven berbohong. Lebih tepatnya, ia sibuk dengan masalah-masalahnya.

"Aku harap, kamu bahagia disana. Didunia baru kamu. Dunia yang kamu tinggalin selamanya."

"Let, kamu jangan sedih disana. Tetap tersenyum, senyum kamu manis, aku suka. Pasti bidadari-bidadari surga sana pada iri sama kamu. Soalnya cantiknya kamu ngalahin mereka." Mata Daven memerah dan pandangannya mulai mengabur.

"Selain maaf, aku juga mau berterima kasih sama kamu."

Daven menjeda ucapannya.

"Terima kasih, kamu udah jadi bagian dari hidup aku. Terima kasih, karna kamu pernah membuat aku tersenyum dan tertawa. Terima kasih, kamu sudah membuat aku mengerti, apa itu arti...cinta. Dan terima kasih, kamu udah hadir dihidup aku."

Setetes cairan bening, meluncur mulus dipipi Daven. Daven memejamkan matanya sesaat.

Kenapa rasanya begitu menyakitkan?

My Perfect Girl [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang