PART 19 - Daven Bangsat!

1.7K 78 1
                                    

"Ven, lepasin!"

Metta menghempas tangan Daven yang memegang tangannya.

"Apasih? lo kenapa? kita gak janjian pulang bareng kemarin, bahkan gue aja gak ketemu lo sama sekali."

"Lo gak mau balik sama gue?" Daven balik bertanya.

"Enggak, bukan gitu. Maksud gue kenapa lo—"

Daven menempelkan jari telunjuknya dibibir Metta, "Sstt, lo diem aja. Jangan bawel. Ikut gue sekarang."

Saat Metta hendak protes, Daven lebih dulu menarik Metta mendekati motornya. Cowok itu kemudian memasang helm dan menaiki motor sportnya.

"Naik."

"Kita mau kemana?"

"Naik!"

"Gak mau, kita mau kemana dulu?"

"Keburu sore, buruan," ujar Daven kesal.

"Ya tapi kita mau kemana dulu? Alya masa gue tinggal," protes Metta.

"Buruan!"

Metta mendengus, "Iya iya, awas kalo lo macem-macem ya!" Metta lalu naik ke motor Daven.

"Pegangan, lo gak pake helm," ujar Daven.

"Ih gamau!"

"Terserah. Jangan salahin gue kalo nanti jatoh."

"Dih! gak bakal!"

Lalu Daven menjalankan motornya. Metta mendengus kesal dengan kelakuan Daven padanya. Ia merasa seperti diculik oleh seorang psikopat berdarah dingin dan dibawa entah kemana, tanpa tujuan. Seperti disenetron-sinetron. Ataukah Metta akan dibunuh secara sadis dengan sayatan-sayatan diwajahnya?

Metta bergidik ngeri, "Tau gini gue langsung kabur aja tadi," gumamnya lirih.

Lama kelamaan, laju kecepatan motor Daven meningkat. Sadar jika Daven ngebut, Metta berteriak kesal. Karena jujur saja, Metta takut.

"Lo jangan kesetanan gini kek!"

Namun, tak ada perubahan. Daven diam saja, malah semakin menambah kecepatannya.

"DAVEN JANGAN NGEBUT GUE BILANG!"

"Lo ngeyel banget anaknya siapa sih?!"

"Ven, gue gak mau mati konyol ya!"

"Lo jangan ngajak tawuran sekarang dong, gue lagi gak bawa golok!"

"Bener-bener ya lo minta didamprat!"

Dan banyak lagi celotehan Metta yang terasa panas ditelinga Daven.

Bacot anjir! Batin Daven.

"Salah siapa disuruh pegangan kaga mau," ucap Daven agak keras.

"Modus banget sih!" sungut Metta.

"Ogah gue modus sama lu."

"Idih emangnya gue mau dimodusin elo?! gak usah pede deh," balas Metta kesal.

"Bodo."

Tak lama kemudian, Daven menghentikan motornya disebuah rumah. Tak mewah, namun tampak elegan.

"Turun," suruh Daven.

Metta menurut, ia turun lalu menatap rumah didepannya dengan pandangan bingung.

"Lo mau ikut masuk atau nunggu disini?"

Metta menoleh menatap Daven yang sudah turun dari motornya, "Ini rumahnya siapa?"

My Perfect Girl [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang