PART 3 - Double Sial

4.5K 231 33
                                    

Author POV

Tap tap tap

Langkah kaki Metta menggema disepanjang koridor kelas XI. Seperti biasa, pagi ini Metta berangkat naik bus. Dan, alhamdulillahnya, tidak ada kendala pagi ini, tidak seperti kemarin.

Metta berjalan santai dangan kedua tangan memegang tali tasnya. Ia mengarahkan pandangannya ke langit. Mendung. Mungkin nanti hujan akan turun, mengingat bulan ini musim penghujan.

Metta berjalan menyusuri koridor sambil bernyanyi lirih. Entah menyanyi apa, tidak jelas. Sesekali ia menyapa siswa-siswi yang perpapasan dengannya.

Koridor pun terlihat semakin ramai dan berisik, mengingat KBM akan dimulai. Disepanjang jalan pun tak luput dari penglihatan Metta, banyak siswa-siswi yang bersenda gurau, tertawa cempreng, bahkan ada yang bergosip ria. Pagi-pagi sudah buat dosa.

Dasar manusia kurang kerjaan! nyinyir Metta dalam hati.

Dan, langkah Metta pun
berakhir di depan pintu kelasnya. Metta masuk dan langsung mendaratkan pantatnya ke bangku samping Alya.

Alya yang menyadari kehadiran Metta pun seketika mendongak. Mata tajam Alya mengamati ekspresi wajah sahabatnya itu. Kusut, ya seperti baju yang tidak disetrika sepuluh abad.

Alya menghela nafas lalu menyenggol pelan bahu Metta, "Heh, Ibab. Kenapa lo? pagi-pagi muka udah kucel, kayak pecel! mending pecel enak dimakan, nah ini diliat aja enek," cibir Alya malas.

Metta berdecak lalu menatap intens wajah Alya, "Al, lo tau gak si—"

"Enggak," potong Alya cepat.

Metta mencubit pinggang Alya gemas, "Gue belom selesai ngomong, ih! dengerin dulu. Ngeselin lo mah," Metta cemberut dengan tangan bersedekap didada.

Alya meraup wajah Metta yang langsung dihadiahi pelototan tajam oleh Metta.

"Udah deh, gak usah banyak drama. Cepetan! mau ngomong apa?" tanya Alya yang mulai dengan jurus keponya.

"Tapi lo jangan motong omongan gue dulu!"

"Iyaiya, buruan! kalo gak gue balik baca novel nih!" desak Alya.

Metta berdecak, "Iyaiya sabar napa!" Metta menghembuskan nafas pelan, "Gue kemaren tuh mau ngerusakin ban motornya Daven," ucapnya lirih yang seketika membuat mata Alya membulat.

"Are you kidding me?! Lo gila?! Lo udah bosen hidup, iya?! mau cari mat—"

"Gue.Bilang.Jangan.Dipotong.Dulu!" tegur Metta penuh penekanan. Ia kesal, tentu saja.

Alya nyengir kuda, "Iyaiya, lanjut deh. Terus?"

"Ya, waktu itu gue udah kalap. Gue udah kesel banget ama tuh cowok. Yaudah, tanpa pikir panjang gue tendang aja tuh ban motornya," jelas Metta mulai bercerita kronologis kejadiannya.

Alya mulai serius mendengar cerita Metta, "Terus?"

"Terus, ternyata si Daven tuh udah ada dibelakang gue, gatau tuh muncul dari mana. Padahal parkiran waktu itu kosong, Daven punya jurus teleportasi kaya Madara kali ya?" Metta terkekeh pelan.

Alya masih penasaran dengan kelanjutan ceritanya, "Terus?"

"Terus gue ketauan deh. Sumpah ya tu cowok nyebelin banget, gue saking gak tahannya akhirnya gue maki dia. Panjang lebar gue bicara udah kaya orang lagi khotbah, ehh dia cuma nyaut kayak gini 'udah bacotnya?' Ih, sumpah ngeselin banget!" Metta terbawa suasana sampai ia bercerita disertai dengan emosi.

My Perfect Girl [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang