Author POV
"Hai, gue boleh gabung gak?"
Suara bariton seorang cowok menghentikan perbincangan Metta dan Alya. Keduanya refleks menoleh ke arah sumber suara. Metta terkejut, Alya apa lagi.
Seorang cowok western kini berdiri dihadapan mereka. Dengan membawa nampan yang berisi seporsi batagor dan jus jeruk.
"Boleh gak nih?" ulang Karel.
Metta mengerjap, "Eh, boleh-boleh. Duduk aja," ucap Metta memberi izin. Karel tersenyum lalu mengangguk. Ia kemudian duduk disamping Metta.
Sedangkan Alya? dia masih melongo menatap Karel yang ada disebrangnya. Alya memang belum mengenal Karel. Tetapi ia pernah mendengar jika ada murid baru, bule lagi.
Dan kini, siswa baru itu ada dihadapan Alya. Makanya, ia syok berat saat tau jika ternyata Metta mengenal cowok baru ini.
"Lo gak makan, Met?" tanya Karel heran. Karena dimeja Metta tidak ada makanan sama sekali, hanya jus jambu saja.
"Enggak, gue gak laper," jawab Metta seadanya. Karel hanya mengangguk, kemudian meminum jus jeruk yang dibelinya tadi.
"Eh iya Rel, pasti lo belum kenal cewek didepan lo ini kan? kenalin, dia Alya. Sahabat gue."
Karel mendongak, menatap Alya. Sedangkan Alya, dia salah tingkah ditatap oleh Karel.
Karel mengulurkan tangannya, "Gue Karel."
Dengan wajah malu-malu bangsat eaq, Alya membalas uluran tangan Karel, "Gue Alya." keduanya lalu melepas jabatan.
Author : "Si Alya minta ditampol pake granat! berani-beraninya nyentuh tangan jodoh dunia akhirat gue!"
Alya : "Biarin! sirik aja lu thor!"
Metta menatap Karel heran, "Temen-temen lo pada dimana? kok gak sama mereka?"
"Ada dikelas, lagi nyalin PR. Gue ke kantin sendiri. Berhubung gue belom kenal banyak orang disini. Makanya gue samperin lo aja."
Metta manggut-manggut, "Oh gitu."
Kemudian hening. Mereka sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Alya yang fokus pada HP, Metta yang memainkan sedotan minuman, dan Karel yang memakan batagornya.
"Eh eh, Kak Daven dateng!"
"Cogan dateng! cogan dateng!"
"Anjir, pangeran. Keliatan gans banget sumpah!"
"Waaaa Kak Tomy! aku padamu kak!"
Metta terlonjak kaget mendengar suara riuh pekikan para siswi dikantin. Ia menoleh ke arah pintu masuk kantin. Seketika, mata Metta membulat sempurna.
Kini, Daven dan dua sahabatnya tengah berjalan menuju bangku pojok kantin yang menjadi basecamp mereka.
Tanpa sabar Metta bergumam, "Mampus! mati gue!"
"Mati kenapa, Met?"
Metta menoleh, menatap Karel gelagapan, "Eh, eng-enggak. Gak papa."
Alya menatap Metta bingung. Lalu ia mengarahkan pandangannya ke tiga cowok yang sudah duduk manis dibangku pojok. Alya mengerti sekarang kenapa Metta mendadak gugup.
"Emm, Rel, Al, gu-gue ke toilet dulu ya? cuma sebentar kok, gak lama."
"Gue ikut," sahut Alya.
"Yaudah ayo buruan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Girl [ON-GOING]
Teen Fiction[SEDANG HIATUS] Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, bukan menyatukan.