Nesya Ametta Putri

15.1K 438 139
                                    

DAMN!

Hanya satu kata itu yang pas dan cocok untuk menggambarkan keadaan gadis berlesung pipit itu saat ini.

Kini, gadis itu tengah menunggu bus dihalte. Ah atau apa sajalah yang bisa ia tumpangi untuk bisa sampai ke sekolah. Seperti kontener mungkin. Atau truk gandeng juga boleh.

Mengingat hari ini merupakan jadwal piketnya, ia terpaksa harus berangkat lebih awal.

Rani—bendahara kelasnya, mendenda setiap anak yang tidak piket sebesar 5 ribu. Dasar bendahara yang kejam! Terkuras habis sudah uang sakunya untuk membayar denda nanti.

Kalian jangan memandang remeh uang 5 ribu, uang saku cewek itu hanya 20 ribu. Sudah dipastikan terkuras bukan uangnya? belum lagi jika untuk membayar ongkos bus berangkat dan pulangnya. Belum lagi juga untuk makan siang saat istirahat. Benar-benar keadaan yang sulit bukan?

Cewek itu sangat bosan duduk dihalte bus seperti orang hilang. Eh, bukan hilang, tapi gila maybe. Belum lagi udara yang ia hirup pengap karena asap kendaraan yang berlalu lalang dihadapannya.

Sudah sekitar setengah jam ia duduk di halte bus yang jaraknya agak jauh dari rumahnya. Sendirian. Perlu diulang lagi. SENDIRIAN. Perlu digaris bawahi lagi. SENDIRIAN.

Ya, gadis itu adalah Metta. Nesya Ametta Putri. Gadis berusia 17 tahun dengan mata bulat juga lesung pipit disebelah kanannya. Tingginya semapai seperti tinggi ideal gadis seusianya. Kulitnya putih bersih dengan bulu mata lentik. Serta bibir tipis berwarna pink alami.

Rambut panjang hitam legamnya yang terurai menambah kesan manis gadis itu. Tak heran jika banyak yang memuji gadis itu manis, bukan cantik. Cantik dan manis berbeda. Hanya saja, manislah yang bisa membuat siapa saja tidak bosan memandangnya.

Metta, gadis itu sangat beruntung karena bisa meneruskan sekolah di SMA favorit dikotanya. SMA Galaksi, sekolah elit ternama dikalangan pelajar.

Hanya orang-orang kayalah yang bisa masuk ke sekolah itu. Terkecuali Metta, dia bisa masuk karena prestasinya dibidang akademik.

Metta-lah yang menjuarai OSN tahun lalu saat ia masih kelas 9 SMP. Maka tak heran jika dia mendapatkan beasisawa dan juga berkesempatan emas bersekolah di SMA Galaksi.

Ibu dan Abangnya pun sangat bangga. Mungkin, otak cerdas almarhum ayahnya menurun pada putri kesayangannya itu. Ya bisa disebut gen.

Metta sudah kelas XI sekarang. Sudah satu tahun ia bersekolah diSMA itu. Selama ini hidupnya lancar-lancar saja.

Kegiatannya pun padat mengingat ia ketua eskul jurnalistik. Yang harus memimpin dan membimbing anggotanya yang jumlahnya bejibun. Tapi tak terbesit sedikitpun kata menyesal. Ia malah sangat menikmati kesibukannya ini. Metta manusia yang aneh!

Hufttt....

Metta menghembuskan nafas kasar dan terus mengeluarkan berbagai umpatan-umpatan dalam hatinya. Ia terus merutuki kebodohannya hari ini.

Metta bego! Metta bego! Metta bego! batin Metta kesal. Ia memukul pelan kepalanya sendiri.

Bego! memang! Metta mengakui itu. Kalau saja ia mau menuruti kemauan ibunya di rumah tadi untuk berangkat bersama Arkan, Abang kandung Metta, ia mungkin tidak harus bengong dihalte bus seperti orang gila seperti ini.

Niatnya memang baik, menolak dengan halus karena jalan ke kampus Arkan dan sekolah Metta berlawanan arah. Entah kenapa keadaan seolah tidak berpihak kepadanya saat ini.

"Ck, apes banget gue hari ini! Tau gini gue terima aja tadi tawaran Bang Arkan. Ishh bego banget sih lo, Ta! Ini juga busnya lola banget, lama-lama supirnya gue ganti sama Vallentino Rossi sekalian biar nggak lemot-lemot amat," dumelnya panjang lebar.

My Perfect Girl [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang