4. Pencarian

421 28 0
                                    

Dateng ke rumah gue ya. Ada hal penting tentang cowok dalam mimpi yang mau gue ceritain ke kalian.

Rose memasukkan ponsel ke saku celananya. Dia menghampiri Jasmine yang juga kebetulan baru keluar dari kamarnya.

"Lo dapet pesan dari Irena?" tanya Jasmine.

"Iya. Yuk cepetan ke rumahnya. Gue nggak mau kita didiemin selama di sekolah kalau dia ngambek gara-gara kita nggak dateng."

Mereka pun segera keluar dari rumah. Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai ke rumah Irena dengan menggunakan motor.

Sesampainya di rumah Irena, Rose langsung memasukkan motornya ke halaman rumah setelah Jasmine membuka pintu pagar. Di halaman rumah, mereka disambut dengan bunga mawar beraneka warna yang sedang mekar dan juga bunga alamanda yang tampak cerah dengan warna kuningnya.

Irena yang mendengar suara motor langsung keluar dari rumah. Dia tersenyum lebar saat kedua sahabatnya sudah berdiri di teras.

"Bunda rajin banget ya ngerawat bunganya. Semua mekar dengan cantik," puji Jasmine.

"Cantik kayak gue kan," Irena mulai narsis.

"Cantikan gue lah. Tuh mawarnya cantik sama kayak nama gue," Rose berkata tidak mau kalah.

"Gue kan yang anaknya Bunda."

"Duh, berhenti deh. Hal penting apa yang mau lo ceritain?" Jasmine menengahi perdebatan tidak penting antara Irena dan Rose.

Irena nyengir. "Ke kamar gue aja yuk!"

Sesampainya di kamar Irena, Jasmine dan Rose mencari posisi nyaman masing-masing. Rose duduk di kursi belajar, sedangkan Jasmine duduk di karpet berwarna merah hati dan bersandar pada tepi tempat tidur Irena.

Irena masuk sambil membawa jus apel dan setoples keripik kentang lalu dia duduk di sebelah Jasmine. "Pas nginep di rumah kalian, gue mimpiin dia lagi," Irena membuka percakapan.

Tentu saja Jasmine dan Rose paham siapa yang dimaksud 'dia.' Perhatian mereka sekarang sepenuhnya fokus pada Irena. Mereka menunggu kelanjutan cerita Irena berikutnya.

"Gue dapet petunjuk siapa namanya." Lalu mengalirlah cerita Irena tentang rasi bintang dan bintang yang paling terang. "Namanya antara Aquilla atau Altair, tapi feeling gue yakin kalau namanya Altair."

"Terus sekarang lo mau gimana?" tanya Rose dan duduk bergabung di karpet.

"Gue mau minta tolong sama kalian." Irena tersenyum penuh arti. Kemudian dia melanjutkan, "Kita cari nama Altair di media sosial yang kita punya."

"Yang bener aja lo, Na?" Rose tidak percaya dengan ide sahabatnya.

"Baru itu yang kepikiran di kepala gue. Tolong bantuin gue ya. Yah." Irena menggoyangkan lengan Rose dan memasang wajah anak kucing andalannya.

"Oke deh dan berhenti pasang muka sok imut begitu." Rose menyerah.

"Lagian gue rasa Altair nama yang cukup unik. Mungkin aja ketemu dan kita bisa kepo-in," ucap Jasmine sambil membuka salah satu aplikasi media sosial.

Mereka bertiga mulai berselancar di dunia maya. Ketiganya sudah ada gambaran seperti apa wajah Altair itu. Sesekali Jasmine dan Rose memastikan jika dirasa ada yang mirip.

"Hah," terdengar helaan napas yang cukup keras dari Jasmine. "Gue nggak nyangka ternyata yang namanya Altair banyak juga padahal namanya cukup unik."

"Emang Altair dari bahasa apa sih?"

"Dari bahasa Arab yang artinya elang yang terbang. Kalau di Jepang, Altair dikenal dengan nama Hikoboshi suaminya Orihime atau Vega," Irena menjelaskan hal yang pernah dibacanya.

Dream Catcher [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang