Orion baru saja keluar dari aula setelah para ketua kelas mendapatkan pengarahan kalau hari ini pelajaran kosong sampai jam istirahat karena ada rapat seluruh guru. Namun, jangan disangka para siswa bisa tenang karena ada tugas yang sudah menanti. Begitulah SMA Persada, selalu menjaga kualitasnya.
Saat sedang berjalan sendiri, seseorang menepuk bahu Orion. Dia menoleh ke kanan dan mendapati seorang gadis tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi.
“Eh, Irena. Gue kira siapa,” Orion balas tersenyum.
Tentu saja siapa yang tidak tahu Irena, siswi peraih peringkat satu paralel kelas XI di SMA Persada. Selain cerdas, gadis itu juga memiliki wajah yang lumayan dan yang lebih penting, sifatnya yang ramah dan menyenangkan.
“Kelas lo dapet tugas apa?” tanya Irena.
“Ngerjain soal latihan Matematika dan buat rangkuman Biologi,” jawab Orion sambil memerhatikan Irena yang mengangguk-anggukan kepalanya. Hal itu terlihat lucu di mata Orion.
“Berarti sama aja ya. Banyak juga,” Irena sedikit mengeluh.
“Gue nggak nyangka peringkat satu kayak lo bisa ngeluh juga soal pelajaran.”
“Gue juga manusia biasa. Lebih seneng kalau ada jam kosong tanpa tugas.” Irena nyengir lalu dia teringat sesuatu yang berhubungan dengan Orion.“Oh ya, lo saudara sepupunya Altair ya?” tanya Irena mencari kepastian informasi yang diberitahu Rose.
“Tahu dari mana?” Seingat Orion, dia tidak pernah menceritakan hal itu kepada siapa pun walaupun tidak masalah juga kalau ada yang tahu.
“Biasalah cewek-cewek. Jadi bener kalian saudaraan?” tanya Irena memastikan.
Orion mengangguk. “Ternyata lo juga suka ikut-ikutan gosip ya,” Orion meledek Irena.
“Enak aja. Gue nggak ngegosip tahu,” Irena tidak terima diledek seperti itu. Orion terkekeh melihat ekspresi tidak terima Irena.
“Berarti lo juga cucu donatur sekolah ini dong?” tanya Irena lagi.
“Bukan,” jawab Orion.
“Eh? Terus?” Irena mengerjap bingung.
“Gue saudara sepupu Altair dari pihak ibunya, sedangkan donatur sekolah ini kakek Altair dari pihak ayahnya,” jelas Orion panjang lebar.
“Ngomong-ngomong lo tahu kenapa dia pindah ke sini?”
“Lo nggak tanya langsung ke orangnya?” Orion membalas pertanyaan Irena dengan pertanyaan lagi.
“Udah, tapi jawaban dia nyebelin. Ngomong sama dia kayak ngomong sama es. Gue jadi heran lo sama Altair beneran sepupuan?”
“Hmm, kayaknya lo kepo banget soal Altair. Kenapa?” Orion tersenyum meledek.
Irena menyadari kalau bertanya terlalu jauh. Dia berusaha untuk menyangkalnya, “Siapa yang kepo? Wajar kan kalau mau tahu temen sekelas yang baru.”
“Kepo juga nggak apa-apa kok,” Orion masih saja meledek Irena.
Irena mengerucutkan bibirnya kesal.
Mereka memang cukup dekat. Keduanya yang sama-sama ketua kelas membuat mereka sering berinteraksi jika sedang dipanggil guru atau rapat dengan OSIS. Orion juga ikut klub musik yang sama dengan Irena walaupun dia tidak seaktif di klub basket.
***Irena sedang mencoret-coret buku agendanya. Tugas merangkum pelajaran Kimia sudah selesai dikerjakannya dari tadi. Dia sedang memutar otak bagaimana menggali informasi tentang Altair, tapi tidak terlalu terlihat kalau dia ingin tahu. Irena bisa saja bertanya kepada Orion, mereka cukup dekat, tapi pasti dia akan mendapat ledekan dari tiang listrik berjalan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher [END]
Teen FictionIrena selau memimpikan laki-laki yang sama setelah mendapat dream catcher sebagai hadiah ulang tahun ke 17. Dream catcher itu adalah hadiah terakhir dari kakaknya yang meninggal karena kecelakaan. Siapa sebenarnya laki-laki itu? Dan mengapa dia sela...