Irena melihat pemuda itu lagi. Pemuda yang berhasil menarik perhatiannya. Gadis itu tidak berani mendekat. Dia hanya memandangi dari tempatnya berdiri.
Tiba-tiba pemuda berambut hitam kecokelatan itu membalikkan badannya. Pandangan mereka sempat beradu selama beberapa detik. Akhirnya pemuda itu yang pertama kali memutus kontak mata. Dia mulai berjalan menjauh dari tempatnya.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Irena bergegas mengikutinya. Sepertinya pemuda itu menyadari jika diikuti, dia menambah kecepatan berjalannya hingga akhirnya berlari.
Irena pun menambah kecepatan larinya. Dia tidak menyadari jika jalan yang ditempuh laki-laki itu mengarah ke dalam hutan.
Irena menghentikan larinya. Gadis itu merasakan napasnya tersengal. Peluh bercucuran di dahinya. Laki-laki yang dikejarnya sudah hilang dari pandangan.
Dengan langkah pelan, Irena mengedarkan pandangan di sekitar hutan itu. Matanya tertuju pada satu sosok yang berdiri menjulang di tengah hamparan bunga lavender.
Sejauh mata memandang, warna ungu menghampar luas. Wangi lavender yang diterbangkan angin memberikan sensasi yang menenangkan.
Perlahan Irena mendekati pemuda itu. Laki-laki itu juga berjalan mendekat ke arah Irena. Membuat Irena membeku seketika. Kini jarak mereka hanya beberapa langkah.
Pemuda itu menatap dalam ke manik mata Irena dengan irisnya yang berwarna hazel. Hal itu membuat jantung Irena berdetak dua kali lebih cepat.
"Ka-kamu siapa?" Irena berhasil memberanikan diri untuk bertanya. Dia meremas jemarinya untuk mengurangi kegugupan.
Laki-laki di hadapannya tidak menjawab. Dia masih saja memandang lurus ke arah Irena. Membuat gadis itu merasakan pipinya menghangat ditatap seperti itu dan akhirnya dia menundukkan kepala.
Pemuda itu memegang pundak Irena dan menengadahkan kepalanya menatap langit yang entah sejak kapan sudah berubah menjadi gelap. Irena pun mengikuti arah pandang pemuda itu.
Di langit malam itu terlihat bintang bertaburan, tapi ada satu kumpulan bintang yang terlihat sangat bersinar. Kumpulan bintang itu membentuk pola seperti seekor burung yang sedang terbang. Di antara kumpulan bintang itu ada satu bintang yang berpendar sangat terang.
***
Irena mengucek matanya dan menyadari kalau matahari sudah bersinar menerobos melalui tirai di kamar Rose. Dia masih terbayang dengan mimpinya semalam. Ternyata dia masih memimpikan pemuda itu meskipun jauh dari dream catchernya. Dan satu hal yang Irena sadari, mimpinya semalam memberikan petunjuk.
Irena mengembuskan napas. Biarlah nanti dia memikirkannya lagi. Dia menoleh ke samping dan melihat Rose yang masih bergelung di dalam selimut,sedangkan Jasmine tidak tahu ada di mana. Di antara mereka bertiga memang Jasmine yang paling rajin untuk urusan bangun pagi.
"Hei ayo bangun!" Jasmine yang baru masuk kamar langsung memukul punggung Rose dan menarik tangan Irena. Wajahnya sudah terlihat segar.
"Masih ngantuk." Rose malas beranjak dari dalam selimut.
"Jangan males-malesan. Ayo bangun. Kita joging sekalian cari sarapan." Jasmine kembali menarik Irena dan Rose dengan lebih kuat.
Irena segera beranjak ke kamar mandi daripada mendengar omelan Jasmine di pagi hari yang tentunya tidak baik untuk kesehatan telinganya. Tak berapa lama, mereka pun siap untuk joging di sekitar kompleks perumahan.
***
Seorang pemuda terlihat mengamati seorang gadis yang memakai gaun putih selutut. Dia sengaja bersembunyi di balik pohon. Saat gadis itu melangkah pergi, diam-diam pemuda tadi mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher [END]
Genç KurguIrena selau memimpikan laki-laki yang sama setelah mendapat dream catcher sebagai hadiah ulang tahun ke 17. Dream catcher itu adalah hadiah terakhir dari kakaknya yang meninggal karena kecelakaan. Siapa sebenarnya laki-laki itu? Dan mengapa dia sela...