Hurt

6.8K 631 21
                                    

"Kwan, aku bertemu Hansol tadi. Dia bahkan menanyakan kabarmu."

Seungkwan merasa darah dalam tubuhnya berdesis. Laki-laki itu sedang di kotanya dan ada kemungkinan mereka akan bertemu. Dia tidak pernah membayangkan akan bertemu laki-laki itu secepat ini. Kalau bisa Seungkwan sebenarnya malah tidak ingin bertemu Hansol sepanjang sisa hidupnya. Kata-kata Jun masih terngiang di telinganya. Hansol juga menanyakan kabarnya, tapi Seungkwan tidak ingin berharap terlalu tinggi yang nantinya akan membuatnya tersakiti. Mungkin Hansol hanya penasaran bagaimana Boo Seungkwan menjalani hidupnya setelah ditinggal dirinya dalam keadaan berbadan dua.

                                    ***

"Aku tidak bisa Kwan-ah." Hansol terlihat gusar bukan main di tempat duduknya.

"Tapi Hansolie.."

"Gugurkan saja. Belum tentu juga dia anakku. Kau juga punya banyak teman laki-laki. Bisa jadi itu anakmu dengan Jun hyung." Hansol mengatakannya begitu mudah dan Seungkwan merasa amat terhina sekarang. Perempuan macam apa dia sampai-sampai ayah dari bayi yang dikandungnya tidak jelas menurut Hansol. Seungkwan hanya pernah melakukannya dengan Hansol. Hansol yang pertama baginya dan Seungkwan bukan perempuan bar bar yang 'bermain' dengan banyak laki-laki.

"Apa yang kau ragukan Hansolie? Aku hanya melakukannya denganmu. Ka-kau  menuduhku melakukannya dengan Jun oppa?" Perempuan berambut coklat itu menatap lawan bicaranya dengan tidak percaya. Kedua bola matanya berkaca-kaca tapi dengan sekuat tenaga Seungkwan menahan agar air matanya tidak luruh. 

"Dia belum tumbuh jadi kau gugurkan saja. Walaupun aku memang ayah kandungnya, tapi maaf Seungkwan aku tidak bisa." Setetes air mata Seungkwan luruh menuruni pipi mulusnya. Kenapa seperti ini? Apa salah Seungkwan hingga dirinya harus menghadapi cobaan seberat ini?

"Aku akan berangkat ke Newyork nanti malam. Aku tahu kau bisa mengatasi ini Seungkwan. Gugurkan saja dia, oke? Karirku dan karirmu masih panjang dan dia berpotensi untuk menghambatnya." Tidak ada yang bersuara setelahnya. Tenggorokan Seungkwan terlalu kering hanya untuk sekedar meladeni laki-laki brengsek dihadapannya. Dan laki-laki itu, Hansol, seolah dia tidak melakukan kesalahan sama sekali, diam sambil mengaduk-ngaduk kopinya.

Seungkwan menatap lekat wajah dihadapannya. Dalam hati dia berjanji tidak akan pernah melupakan hari ini.

"Aku harus segera pergi Seungkwan, jaga dirimu baik-baik. Aku tahu kau bisa menentukan mana pilihan yang tepat. Sampai jumpa lagi, maaf atas semua yang pernah terjadi diantara kita." Perempuan itu tetap membisu bahkan sampai Hansol menghilang dari pandangannya, dia tetap diam seolah seluruh tubuhnya mati. Dimana kata-kata cinta yang dulu selalu Hansol ucapkan, dimana janji yang mereka ucapkan untuk tetap bersama. Seungkwan ingin menertawakan dirinya sendiri, merasa dirinya buta akan cintanya pada Hansol. Dan Seungkwan baru menyadari hal penting setelah begitu dalam mencintai Hansol, pria yang dicintainya adalah seorang brengsek.

"Baiklah, aku akan menurutimu, aku akan menjaga diriku dengan baik. Selamat jalan Hansolie"

                                     ***

Seungkwan pernah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia akan berhenti mencintai si brengsek. Tapi ada hambatan yang begitu sulit hingga membuat dirinya tidak pernah berhasil menepati janji yang ia buat sendiri. Jasmine. Putri kecilnya itu adalah cetak biru dari sang ayah. Jasmine adalah Hansol versi perempuan.

Memandang putrinya membuatnya merindukan tatapan cinta yang pernah Hansol tujukan padanya, bercengkrama dengan putrinya membuatnya merindukan suara Hansol, semua tentang putrinya adalah tentang Hansol juga.

"Appa gom eomma gome aegi gom.." Perempuan yang tengah melipat pakaian itu terkekeh mendengar Jasmine bersenandung. Putrinya terlihat sangat menggemaskan, pipinya bersemburat merah, matanya besar dengan bola mata kecoklatan dan rambut hitam lurus yang lembut.

"Eomma."Seungkwan berdehem menanggapi panggilan Jasmine.

"Appa Jasmine kemana? Kan  sekarang ada eomma dan Jasmine, tapi kenapa appa tidak ada?" Jangan tanyakan bagaimana keterkejutan Seungkwan saat ini.  Tidak pernah ada kata-kata yang Seungkwan siapkan untuk menjawab pertanyaan semacam ini dari Jasmine.

"Boo Jasmine sayaang, eemm.. Junhui appa kan ayah Jasmine." Jasmine mengerjap lucu lalu menggeleng.

"Tapi kenapa Jun appa tidak tinggal sama Jasmine dan eomma? Chan appa juga?" Seungkwan baru menyadari kalau putrinya sudah bisa memikirkan hal semacam ini. Seungkwan tidak tahu harus menjawab apa jadi perempuan itu hanya diam saja tanpa menanggapi pertanyaan putrinya.

"Eomma..." Jasmine mulai merengek, dia ingin diperhatikan ibunya. Tapi sang ibu malah beranjak pergi membawa sekeranjang pakaian kedalam kamar. Tangis si kecil mulai terdengar dan Seungkwan tetap pada pendiriannya. Dia sengaja menghindar dari putri kecilnya. Jasmine tidak perlu tahu Hansol begitu juga sebaliknya, pikir Seungkwan. Mereka sudah bahagia dengan hidup mereka masing-masing.

"Eomma... kenapa eomma menangis?" Jasmine mengusap pipi Seungkwan pelan, bahkan Seungkwan tidak sadar bahwa air matanya luruh.

"Eomma tidak apa-apa sayang.. sini cium eomma." Bibir mungil Jasmine mengecup pipi sang eomma berkali-kali.

"Jasmine sayang eomma. Jasmine juga sayang Jun appa, Chan appa, Wonu eomma, pokoknya Jasmine sayang semuanya."

Seungkwan tidak tahu apa yang lebih membahagiakan dari ini, sahabat-sahabatnya begitu menyayangi putrinya layaknya anak kandung mereka sendiri. Jasmine punya Wonwoo dan Seungkwan sebagai eommanya juga Jun dan Chan sebagai appanya. Jasmine tidak perlu ayah lagi.

                                   TBC

Ngga dapet feeling yaa?😭 susah bikin yang sedih-sedih, ngga jago :'(

Untuk pairing yang lain akan muncul seiring berjalannya chapter yaaa..

Makasih yang udah voment kemareen❤❤

"Jangan lupa voment ya." - yayang mingyu❤-

Endless Romance (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang