"Nanti Jasmine eomma antar ke rumah Wonu eomma ya. Disana nanti juga ada Jeonghan imo. Sekarang ayo mandi dulu sayang."
Karena hari ini tempat penitipan Jasmine sedang tutup dan Wonwoo tidak memiliki jadwal pemotretan apapun, jadi Seungkwan putuskan untuk menitipkan Jasmine pada perempuan yang sudah dianggapnya kakak kandung sendiri itu selama ia bekerja.
"Yaay belalti nanti Jasmine beli es klim dengan Jeonghan imo." Si mungil lalu bergegas melepas pakaiannya dan berlari menuju kamar mandi.
***
Seungkwan turun dari bus di halte yang tidak jauh dari rumah sakit. Setelah mengantar Jasmine ke rumah Wonwoo, dirinya segera bergegas menuju rumah sakit karena shiftnya akan segera dimulai. Cuaca hari ini sangat dingin dan angin bertiup sangat kencang membuat Seungkwan menyesal memilih menggunakan rok span selutut yang membuat kakinya serasa mati. Seungkwan memeluk tubuhnya sendiri dan berjalan cepat menuju rumah sakit.
"Jun-ssi mari kita terima perjodohan ini. Keadaan baba semakin mengkhawatirkan dan aku tidak mau mengambil resiko. Tapi kita harus sepakat untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain." Kata-kata yang meluncur dari bibir seorang perempuan cantik berambut hitam yang tengah berdiri tidak jauh dari dirinya itu seketika membuat langkah Seungkwan terhenti. Atensinya tertuju pada dua orang yang tengah bertatap satu sama lain dengan tatapan yang berbeda, tatapan yang dingin dan tatapan kekecewaan yang terlampau tampak. Dan saat itu juga Seungkwan tahu perempuan ini adalah Minghao, perempuan yang Jun cintai.
***Jun dan Seungkwan memasuki apartemen Wonwoo tanpa memencet bel karena keduanya hapal password apartemen Wonwoo diluar kepala. Saat perjalanan menuju apartemen Wonwoo, Jun tidak banyak bicara dan terlihat murung. Seungkwan sama sekali tidak menyinggung tentang percakapan Jun dengan Minghao yang tadi sempat ia dengar tanpa sengaja.
"Dia kenapa kwan-ie? Apa dia ada masalah?" Wonwoo berbisik pada Seungkwan lalu menunjuk laki-laki berkemeja dongker yang tengah tidur di sofa ruang tengah apartemen Wonwoo.
"Dia tidak cerita apapun, eonni. Mungkin dia hanya kelelahan." Wonwoo lalu beranjak tanpa bertanya lebih lanjut, membuat Seungkwan merasa lega karena dirinya takut salah bicara saat menjawab pertanyaan Wonwoo. Dia tidak ingin membicarakan masalah Jun bahkan pada Wonwoo. Biar Jun sendiri saja yang bercerita jika waktunya sudah tepat.
"Jun-ie, bangun." Wonwoo menggoyangkan tangan Jun agar lelaki itu terbangun dari tidurnya. Dan berhasil, lelaki itu menyerngit dan perlahan kedua matanya terbuka.
"Kenapa Nu? Aku mengantuk." Kedua mata Jun tertutup lagi.
"Tidak lapar? Ingin makan sesuatu?" Tanyanya.
"Tidak." Jawaban singkat Jun membuat Wonwoo mendesah kecewa. Dia hanya ingin sahabatnya kembali seperti semula, dia hanya ingin mengobrol dan bercanda dengan sahabat terdekatnya itu.
"Nu."
"Hmm?" Wonwoo memusatkan atensinya pada Jun. Laki-laki itu memandangi langit-langit dengan tatapan sendu.
"Kalau saja kau sudah punya kekasih tapi kau dijodohkan oleh orang tuamu, kau akan terima perjodohan itu atau menolaknya? Kau akan memilih laki-laki yang dijodohkan denganmu atau kekasihmu?" Tanyanya.
"Kenapa kau bertanya tentang hal itu?"
" Tidak ada. Hanya penasaran saja. Jadi apa pilihanmu?"
"Tentu saja aku menolaknya, aku akan memilih kekasihku. Laki-laki yang dijodohkan dengaku itu hanyalah orang baru. Dia tidak akan sebanding dengan kekasihku. Jadi sudah jelas aku akan memilih kekasihku." Wonwoo menjawab dengan yakin.
"Bagaimana kalau laki-laki itu sangat mencintaimu?"
"Itu urusannya. Bukan urusanku Jun-ie."
Jun kembali menutup mata tanpa menimpali pernyataan Wonwoo. Pikirannya berkecamuk, Minghao terpaksa menyutujui penjodohan itu karena ayahnya sedang sakit. Saat Minghao mengutarakan persetujuannya, Jun berniat menolaknya karena pada akhirnya dia adalah pihak yang paling banyak tersakiti. Tapi keadaan akan semakin runyam jika dia menolaknya sekarang. Ayah Minghao yang notabenenya pasien Jun di rumah sakit juga kolega ayahnya sedang sakit parah,
Jun tidak ingin kesehatan pasiennya menurun.Jun tidak buta cinta. Dia mencintai Minghao sewajarnya. Jelas karena dia bukan pemilik raga dan hati perempuan itu. Dengan susah payah Jun menahan rasa berbunganya setiap bertemu Minghao. Dia menanamkan pada dirinya bahwa Minghao sudah ada yang memiliki. Pemiliknya bernama Kim Mingyu.
***
"Jeonghan imooo... Jasmine ingin es klim." Jasmine merengek sambil menghentak-hentakan kakinya. Sedari Jun pergi tadi Jasmine rewel karena acara 'main bersama Jun appa' jadi terhenti. Laki-laki itu harus kembali ke rumah sakit karen sala satu pasien yang ditanganinya tiba-tiba drop."Bilang dulu pada Seungkwan eomma ya dan Jasmine harus panggil imo dengan mama mulai sekarang."
"Mama? Mama Jeonghan gitu?"
"Iya iya begitu." Jeonghan mengangguk antusias saking gemasnya pada Jasmine.
Lalu si bayi mungil itu berlari kecil menghampiri Seungkwan yang sedang memasak di dapur apartemen Wonwoo. Dulu Jeonghan sedikit iba pada Jasmine karena si cantik mungil itu harus tumbuh tanpa seorang ayah. Tapi seiring berjalannya waktu rasa iba itu hilang. Jasmine punya Seungkwan yang rela berkorban dan sangat menyayanginya, Jun dan Wonwoo yang memanjakannya dan menuruti semua kemauannya, Chan yang suka mengajaknya bermain dan Jeonghan sebagai ibu perinya. Tapi tetap saja kehadiran ayah sangat dibutuhkan, Jasmine butuh seseorang yang selalu menjaga dan melindunginya."Sudah mama. Yuk kita beli es klim."
TBC
Ku tetap berjuang lanjutin work ini ditengah tugas" kuliah yang menyiksa:'(Keep voment! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Romance (✔)
Fanfiction~And karma said: you will fall in love with someone who doesn't love you, for not loving someone who did~ Warn⚠! Seventeen Genderswitch | Lil bit smut! Start : 111018 End : -